Kamis 17 Nov 2022 18:36 WIB

Muktamar Muhammadiyah, Kokohkan Poros Islam Berkemajuan

Muhammadiyah adalah ormas yang menjunjung tinggi ukhuwah.

Rep: Wallohu Ta'ala 'alam/ Red: Karta Raharja Ucu
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kedua kanan) menyampaikan paparan  persiapan pembukaan Muktamar ke-48 di PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Rabu (16/11/2022). Pembukaan Muktamar ke-48 Muhammadiyah rencananya pada Sabtu (19/11/2022) di Stadion Manahan, Surakarta dan akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo. Sekitar 17 ribu undangan dan penggembira akan meramaikan pembukaan nanti.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kedua kanan) menyampaikan paparan persiapan pembukaan Muktamar ke-48 di PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Rabu (16/11/2022). Pembukaan Muktamar ke-48 Muhammadiyah rencananya pada Sabtu (19/11/2022) di Stadion Manahan, Surakarta dan akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo. Sekitar 17 ribu undangan dan penggembira akan meramaikan pembukaan nanti.

Oleh : Fahmi Salim Lc. MA. Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah periode 2015-2022

REPUBLIKA.CO.ID, Saya bersyukur menjadi anggota Muhammadiyah, sekaligus ikut berkhidmat sebagai aktivis dakwah untuk memperjuangkan visi dan misi persyarikatan dalam membangun bangsa ini, bahkan ikut terlibat dalam isu-isu keumatan di kancah internasional. Muhammadiyah tidak pernah mengucilkan diri sebagai gerakan sektarian (hizbiyyah), tapi lebih banyak berperan sebagai pemersatu dan pemberi makna bagi kemajuan bangsa dan seluruh umat manusia sebagai perwujudan risalah Nabi Muhammad SAW yang menebar rahmat bagi seluruh alam semesta.

Inilah yang menjadi ruh Muhammadiyah sejak awal berdiri pada tahun 1912. Disebut dengan istilah "Islam Berkemajuan", sebagaimana yang dipesankan oleh KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. "Jadilah kyai yang berkemajuan dan jangan lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah," begitulah dawuh Sang Kiai, yang harus dipegang teguh oleh para santrinya hingga saat ini. Pijakan Islam berkemajuan adalah Alquran dan sunnah. Kemudian diterjemahkan dalam bentuk aksi ideal sebagai  khoiru ummah (umat terbaik) dengan karakter wasathiyyah (moderat dan adil) dan syuhada 'alan-naas (pelaku sejarah).

Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang digelar pada 18-20 Nopember 2022 di Surakarta kembali menjadi momentum untuk mengingatkan kita dengan tanggungjawab mengajak pada kebajikan (al-da’wah ila alkhayr). melaksanakan amal kebaikan (al-amr bi al-ma’ruf), dan mencegah kemungkaran (al-nahy ‘anil-munkar), sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an (Q.S. Ali ‘Imran :110). Dengan amaliyah inilah, Alloh menjanjikan kejayaan (Q.S. Ali ‘Imran: 104). Karena itulah, sebagai refleksi dan panduan, PP Muhammadiyah sudah mempersiapkan risalah Islam berkemajuan dan kajian berbagai isu strategis yang berkaitan dengan keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal.

Isu keumatan menjadi salah satu perhatian besar saya. Karena di era revolusi industri 4.0, semua lini kehidupan mengalami digitalisasi. Semuanya terkoneksi melalui jaringan internet dan tersimpan dalam Big Data. Konsep masyarakat baru juga dipromosikan oleh Jepang dengan istilah Society 5.0, yaitu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia berkolaborasi dengan teknologi berupa IoT (Internet of Things) dan AI (Articial Intelligence). Semuanya terintegrasi antara ruang maya dan fisik untuk menyelesaikan berbagai persoalan sosial

Karena itulah, masyarakat mengalami banyak perubahan mulai dari gaya hidup, cara bekerja hingga cara belajar seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Jika mereka berubah, kita pun harus ikut berubah dengan menyusun strategi dakwah terbaru tanpa melepaskan  Manhaj Islam Berkemajuan (al-Islam al-Taqaddumi). Alquran dan al-Sunnah adalah sumber utama, yang penggalian maknanya dilakukan dengan memanfaatkan akal, warisan intelektual, dan ilmu pengetahuan tanpa terikat pada mazhab tertentu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement