REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Miliader Elon Musk mengatakan perusahaan antarmuka otak-komputer (BCI) miliknya, Neuralink berharap mulai uji klinis pada manusia dalam waktu sekitar enam bulan. Musk mengklaim teknologi BCI dapat membantu merawat manusia dengan gangguan otak dan penyakit serta membantu orang cacat bergerak dan berkomunikasi.
Awal tahun ini, Musk mengatakan teknologi itu pada akhirnya dapat digunakan untuk tujuan yang lebih ambisius, seperti simbiosis manusia-komputer.
“Kami sangat berhati-hati dan yakin bahwa itu akan bekerja dengan baik sebelum memasukkan perangkat ke manusia. Kami telah mengirimkan sebagian besar dokumen ke Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Mungkin dalam waktu sekitar enam bulan kami dapat mengunggah Neuralink dalam sebuah manusia,” kata Musk pada Rabu, dilansir Independent, Kamis (1/12/2022).
Perusahaan telah melakukan banyak uji coba kontroversial pada hewan bahkan saat mencari persetujuan peraturan AS untuk memulai uji klinis pada manusia. Awal tahun ini, kelompok hak hewan Komite Dokter untuk Pengobatan yang Bertanggung Jawab (PCRM) menuduh Neuralink melakukan beberapa pelanggaran terhadap Undang-Undang Kesejahteraan Hewan dan mengeluh tentang perawatan hewan yang tidak memadai untuk monyet pada penelitian mereka.
Namun, Neuralink membantah dengan mengatakan perusahaan berkomitmen untuk bekerja dengan hewan dalam cara yang paling etis. PCRM mengklaim Neuralink membunuh setidaknya 15 monyet yang ditanamkan dengan chip otak selama uji coba.
Dalam presentasi 2019, Musk mengatakan dia berharap untuk menerima persetujuan peraturan pada akhir 2020. Kemudian pada konferensi 2021, dia berharap untuk memulai uji coba pada manusia pada akhir 2021.
Tahun lalu, uji coba manusia untuk teknologi BCI berlangsung di Australia. Para peneliti di Neurotech startup Synchron memungkinkan seorang pria lumpuh membuat tweet pikiran langsung pertama setelah chip komputer ditanamkan di otaknya.
"Tidak perlu penekanan tombol atau suara, saya membuat tweet ini hanya dengan memikirkannya," katanya. Perusahaan menyelesaikan studi pada empat orang di Australia pada 2021 dan menanamkan perangkatnya pada seorang pasien di AS untuk pertama kalinya pada Juli.