Kamis 01 Dec 2022 22:02 WIB

Twitter Klaim tidak Ada Kebijakan yang Berubah karena Pengiklan Terus Pergi

Twitter mengalami penurunan pendapatan iklan karena pengiklan hentikan pengeluaran.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Friska Yolandha
Sebuah tanda di kantor pusat Twitter di San Francisco, Jumat, 18 November 2022. Twitter kemungkinan akan memangkas lebih banyak karyawannya lagi.
Foto: AP Photo/Jeff Chiu
Sebuah tanda di kantor pusat Twitter di San Francisco, Jumat, 18 November 2022. Twitter kemungkinan akan memangkas lebih banyak karyawannya lagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu bulan setelah Elon Musk mengambil alih Twitter, perusahaan sekali lagi mencoba meyakinkan pengiklan dan pengguna tentang arah platform. Dalam postingan blog pertamanya sejak akuisisi Musk, perusahaan berusaha menjelaskan apa arti “Twitter 2.0.”

Saat ini, Twitter menghadapi penurunan besar dalam pendapatan iklan karena pengiklan besar telah menghentikan pengeluaran di tengah kekhawatiran atas perubahan kebijakan yang dilakukan oleh Musk. Namun, dalam posting blog, Twitter mengatakan tidak ada kebijakan yang berubah.

Baca Juga

Sulit untuk menjawab klaim tersebut dengan konfirmasi belum lama ini perusahaan akan berhenti menegakkan aturan misinformasi Covid-19. “Pendekatan kami terhadap penegakan kebijakan akan lebih bergantung pada de-amplifikasi konten yang melanggar, kebebasan berbicara, tetapi bukan kebebasan untuk menjangkau,” kata postingan blog tersebut.

Dilansir Engadget, Kamis (1/12/2022), Musk sebelumnya mengatakan tweet negatif akan dihapus serta hanya dapat dilihat oleh mereka yang mencarinya. Hingga sekarang masih tidak jelas apakah perubahan ini telah diterapkan. Twitter tidak lagi memiliki tim komunikasi.

Selain itu, dalam postingan blog, Twitter juga mengatakan tim kepercayaan dan keamanan melanjutkan pekerjaan untuk menjaga keamanan platform dari perilaku kebencian, perilaku kasar, dan pelanggaran aturan. Unggahan yang ditandatangani oleh Tim Twitter itu muncul sehari setelah mantan kepala kepercayaan dan keamanan perusahaan, Yoel Roth, mengatakan platform kurang aman di bawah kepemimpinan Musk.

Postingan blog merupakan tanda terbaru bahwa Musk sangat membutuhkan pengiklan Twitter. Menurut laporan terbaru di Media Matters, perusahaan telah kehilangan setidaknya setengah dari 100 pengiklan teratasnya. Platformer melaporkan, selain kerugian yang meningkat di pasar iklan Amerika Serikat (AS), pendapatan iklan juga turun 15 persen di Eropa.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement