REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tahun, vaksin flu baru akan dikembangkan untuk melawan 2-4 subtipe virus influenza yang diprediksi akan mendominasi di musim flu berikutnya. Akan tetapi, sebuah terobosan baru memungkinkan vaksin flu di masa mendatang untuk menarget seluruh subtipe virus influenza.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini diinisiasi oleh tim peneliti dari Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania. Melalui studi ini, tim peneliti berhasil mendemonstrasikan sebuah vaksin mRNA tunggal yang berpotensi mampu memberikan perlindungan terhadap seluruh subtipe virus influenza A dan B yang berjumlah 20.
Sejauh ini, vaksin mRNA tunggal yang mereka kembangkan telah diujikan pada hewan tikus. Dalam uji pra klinis, vaksin flu multivalen ini tampak efektif dalam memberikan perlindungan terhadap seluruh subtipe virus influenza.
Bila terbukti efektif pada manusia, kehadiran vaksin flu multivalen ini dapat mencegah berpindahnya strain-strain virus influenza dari hewan ke manusia. Kemampuan tersebut akan membuat vaksin ini memiliki peran besar dalam mencegah terjadinya pandemi-pandemi flu di masa mendatang.
Secara umum, vaksin melindungi tubuh dengan cara mengajarkan sistem imun untuk mengenali bagian-bagian tertentu pada suatu patogen. Dengan begitu, ketika patogen tersebut masuk ke dalam tubuh, sistem imun bisa dengan cepat mengenalinya dan memberikan perlawanan.
Vaksin flu yang perlu diperbarui setiap tahun biasanya hanya berfokus untuk menghasilkan 2-4 antigen untuk melawan vaksin influenza. Teknologi vaksin mRNA memungkinkan peneliti untuk mengembangkan suatu vaksin tanpa batasan jumlah antigen yang bisa dimasukkan ke dalam satu dosis suntikan.
Studi pada Tikus dan Musang
Seperti diketahui, target antigenik dalam vaksin flu adalah molekul bernama hemagglutinin protein. Molekul ini berada pada permukaan virus dan berperan penting dalam menentukan infektivitas virus. Setiap strain atau subtipe virus influenza memiliki bentuk hemagglutinin protein yang unik dan berbeda.
Vaksin mRNA yang dikembangkan oleh tim peneliti dari University of Pennsylvania mampu mencakup 20 hemagglutinin protein virus influenza yang berbeda. Sebanyak 18 di antaranya merupakan subtipe virus influenza A dan dua lainnya merupakan subtipe virus influenza B.
Dalam uji pra klinis, tim peneliti memberikan vaksin mRNA mereka kepada hewan coba, yaitu tikus dan musang. Dari percobaan ini, tubuh para hewan tampak menghasilkan beragam antibodi berbeda yang dapat melawan 20 subtipe virus influenza A dan B. Keberhasilan ini membuktikan bahwa vaksin mRNA tunggal bisa memberikan perlindungan yang luas secara efektif terhadap beragam antigen.
"Kami menemukan bahwa vaksin tersebut memunculkan lineage antibodi berbeda untuk melawan 20 HA (hemagglutinin antigen) flu yang berbeda," jelas peneliti Scott Hensley, seperti dilansir New Atlas, Sabtu (3/12/2022).
Hensley mengatakan tujuan utama dikembangkannya vaksin baru ini bukan untuk mencegah infeksi influenza, melainkan untuk menurunkan tingkat keparahan infeksi. Berdasarkan pengujian pada hewan, target tersebut merupakan hal yang mungkin untuk dicapai.
"Tujuan kami adalah memunculkan kekebalan tingkat dasar pada masyarakat yang tak perlu mencegah infeksi dari strain pandemi baru, tetapi mampu mencegah sakit berat dan kematian yang mungkin disebabkan oleh strain pandemi baru," lanjut Hensley.
Keberhasilan tim peneliti juga kembali menyoroti peran besar teknologi mRNA dalam mentransformasi cara manusia menggunakan vaksin. Sebagai perbandingan, teknologi pengembangan vaksin yang lama tak bisa memuat lebih dari 10-20 antigen berbeda dalam satu dosis suntikan. Secara teori, teknologi mRNA tidak memiliki limitasi tersebut.