REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bayi yang lahir dengan berat badan ringan hingga sedang lebih berisiko mengalami komplikasi perkembangan di masa kanak-kanak. Itu terungkap dalam studi yang dipimpin oleh Abiodun Adanikin, asisten profesor dari Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Coventry.
Dia dan tim dari kampus di Inggris tersebut mempelajari data lebih dari 600 ribu bayi yang lahir setelah 37 pekan kehamilan selama periode 12 tahun. Penelitian menganalisis riwayat persalinan hingga anak sudah berusia antara dua dan tiga tahun.
Komplikasi tumbuh kembang yang disoroti termasuk motorik halus (koordinasi otot kecil dalam gerakan dengan mata, termasuk sinkronisasi tangan dan jari) dan motorik kasar (gerakan dan koordinasi tubuh yang lebih besar). Begitu pula keterampilan sosial dan komunikasi.
Temuan mengungkapkan bahwa anak yang saat bayi memiliki berat lahir antara persentil ke-10 dan ke-24 (sekitar 2,5 kilogram sampai tiga kilogram) memiliki kemungkinan sekitar 20 persen lebih besar untuk mengalami komplikasi halus atau berat. Mereka juga 17 persen lebih mungkin mengalami komplikasi komunikasi, dibanding anak yang saat bayi berat lahirnya di atas itu.
Untuk mengurangi risiko komplikasi ini, Adanikin menyerukan pemantauan lebih pada bayi usia kehamilan ringan hingga sedang. Ini bertentangan dengan pendekatan tradisional yang paling sering digunakan untuk pencegahan berat lahir yang sangat rendah dan tinggi.
Berat lahir ekstrem diketahui terkait dengan perkembangan masa kanak-kanak. Namun, sebelum studi Adanikin, belum ada penelitian yang secara eksklusif menyelidiki hubungan antara persentil berat lahir di seluruh rentangnya dan perkembangan masa kanak-kanak.
Studi sebelumnya telah melaporkan bahwa bayi yang lahir di bawah persentil ke-10 memiliki risiko terbesar menghadapi komplikasi perkembangan. Hasil itu didukung dengan penelitian baru ini yang memperluas risiko pada bayi yang lahir di bawah persentil ke-25.
Lewat studinya, Adanikin merekomendasikan pertimbangan ulang mengenai ambang batas berat lahir tradisional yang digunakan dalam praktik klinis. Tujuannya, supaya bisa mengurangi risiko komplikasi perkembangan masa kanak-kanak.
"Meskipun sebagian besar tidak dikenali, bayi yang lahir dengan ukuran kecil hingga sedang mungkin memerlukan pemantauan lebih dekat dan peningkatan dukungan untuk mengurangi risiko masalah perkembangan," ujar Adanikin, dikutip dari laman The Hippocratic Post, Senin (5/12).