REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis bedah onkologi Diani Kartini mengatakan membuang tahi lalat dengan metode laser memang aman. Hanya saja, sebelumnya harus dipastikan terlebih dahulu bahwa tahi lalat tersebut merupakan tahi lalat sehat, bukan benjolan kanker kulit.
"Sebaiknya, berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter spesialis kulit sebelum memutuskan untuk melakukan laser tahi lalat," kata dr Diani dalam diskusi daring RSCM Kencana yang disiarkan melalui Instagram, dikutip Selasa (6/12/2022).
Dr Diana mengajak masyarakat mendeteksi dini kondisi tahi lalat yang berpotensi menjadi kanker kulit dengan memperhatikan bentuknya. Tahi lalat yang berbahaya memiliki ciri-ciri yang disingkat dengan ABCDE.
- A (Assymetry), yaitu artinya bentuknya tidak simetris antara kedua sisi.
- B (Border) yang berarti tepi dari tahi lalat tidak rata.
- C (Colour) atau warna yang bermacam-macam di satu tahi lalat, seperti cokelat tua dan coklat muda.
- D (Diameter) yang lebih dari enam milimeter.
- E (Evolution) atau ada perubahan dari ukuran tahi lalat.
"Tahi lalat dengan ABCDE itu yang wajib kita waspadai," kata dr Diani.
Hal lainnya yang mesti diwaspadai ialah jika ada benjolan yang besar, menjadi luka atau berbau. Itu juga dapat menjadi gejala kanker kulit.
Dr Diani menuturkan guna mendiagnosis tahi lalat yang termasuk tumor dan kanker diperlukan biopsi. Ini merupakan suatu tes untuk mendeteksi dan memantapkan diagnosis penyakit kanker melalui prosedur mengambil jaringan atau sampel sel dari tubuh. Biopsi digunakan untuk membedakan tumor jinak dengan kanker dan termasuk menentukan stadium kanker.
"Dengan biopsi kita bisa 100 persen menentukan sel itu ganas atau tidak. Itu harus ditempuh karena akan menentukan terapi selanjutnya, apa yang cocok diberikan untuk pasien," jelasnya.