REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serial The Last of Us merupakan tayangan yang menggambarkan dunia pasca apokaliptik, yakni saat di mana populasi manusia menyusut karena infeksi jamur. Di The Last of Us, wabah berupa penyakit yang menyerang otak telah mengubah manusia menjadi zombie kanibal.
Faktanya, ancaman itu ternyata bukan hanya karya fiksi saja. Seorang ahli mengatakan ada alasan untuk khawatir tentang peristiwa serupa terjadi di dunia nyata.
Dalam The Conversation, profesor imunologi dan imunoterapi di University of Birmingham di Inggris, Rebecca Drummond, menulis bahwa jamur di serial itu sebenarnya didasarkan pada jamur zombie cordyceps di kehidupan nyata yang menginfeksi serangga. Serangga yang terinfeksi menjadi kesulitan mengendalikan tindakan mereka karena jamur mengambil alih sistem sarafnya.
Jamur tersebut lalu menyembul keluar dari serangga yang terinfeksi. Drummond menyebut bahwa pandemi jamur yang menyebar cepat sangat tidak mungkin terjadi, tetapi bukan berarti potensi penyebaran jamur tidak lagi menjadi perhatian.
Drummond mengatakan diperkirakan ada sekitar tiga juta spesies jamur yang berbeda. Karena itu, upaya mengembangkan obat untuk melawan infeksi jamur akan rumit.
Jamur memiliki biokimia yang mirip dengan tubuh manusia. Munculnya jamur yang kebal obat juga membuat manusia terancam.
"Pastinya potensi bahaya jamur perlu lebih banyak perhatian sebelum terlambat," kata Drummond, dilansir The Sun, Ahad (29/1/2023).
Drummond menyebut bahwa infeksi jamur lebih sukar dibandingkan dengan jenis infeksi lain karena antijamur lebih sedikit. Meskipun infeksi jamur tidak mungkin menyebabkan pandemi atau kiamat zombie di seluruh dunia, Drummond mengatakan masih ada alasan untuk khawatir.
"Jumlah orang yang sakit akibat infeksi jamur serius terus meningkat selama setengah abad terakhir," ujar Drummond.
Drummond mengatakan cordyceps di The Last of Us tidak beradaptasi untuk tumbuh pada suhu internal tubuh manusia. Jamurnya juga tidak mampu bersaing dengan sistem kekebalan manusia yang jauh lebih maju daripada serangga untuk menginfeksi otak dan sistem saraf manusia pada saat yang sama.
Namun, Drummond menyoroti masalah jamur lain yang dapat menimbulkan ancaman global berikutnya. Infeksi jamur parah dapat menyebar dari paru-paru ke organ lain, termasuk otak.
Infeksi pada otak dari jamur yang paling mematikan disebabkan oleh Cryptococcus neoforman, yang dapat menyebabkan meningitis kriptokokus. Data menunjukkan bahwa sekitar 100 ribu orang meninggal akibat penyakit ini setiap tahun, tanpa infeksi jamur lain yang menyebabkan lebih banyak kematian pada manusia.
Pakar menjelaskan bahwa infeksi ini terjadi ketika seseorang dengan sistem kekebalan yang rusak (biasanya disebabkan oleh AIDS) menghirup spora jamur.
"Jamur lolos dari paru-paru dan masuk ke otak, meskipun bagaimana persisnya hal ini terjadi tidak dipahami dengan baik. Begitu berada di otak, pasien yang terinfeksi mengalami gejala seperti sakit kepala parah, demam, masalah penglihatan, dan kejang," kata Drummond.