Kamis 10 Aug 2023 05:56 WIB

Era Perubahan Iklim Tiba, Masih Nggak Percaya?

PBB menyatakan dunia sudah memasuki era perubahan iklim ditandai dengan suhu terpanas

Seorang anak dan neneknya pulang setelah mengunjungi apotik di Kabupaten Samburu, Kenya, pada Kamis, 13 Oktober 2022.  Kekeringan di wilayah tersebut semakin parah akibat perubahan iklim, membuat masyarakat semakin sulit mendapatkan air.
Foto: AP Photo/Brian Inganga
Seorang anak dan neneknya pulang setelah mengunjungi apotik di Kabupaten Samburu, Kenya, pada Kamis, 13 Oktober 2022. Kekeringan di wilayah tersebut semakin parah akibat perubahan iklim, membuat masyarakat semakin sulit mendapatkan air.

Oleh : Nora Azizah, Redaktur Gaya Hidup Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa dunia sudah memasuki era perubahan iklim. Hal itu ditandai dengan datangnya suhu terpanas yang pernah ada di bumi sepanjang masa selama Juli 2023.

Dalam sebuah pernyataan, PBB bahkan menegaskan bahwa era bumi bersuhu hangat sudah berakhir. Saat ini, manusia akan merasakan era pemanasan global dengan suhu 'mendidih'.

Organisasi Meteorologi Dunia dan Layanan Perubahan Iklim Copernicus Komisi Eropa dalam datanya menunjukkan, Juli tahun ini menjadi bulan paling panas yang pernah terjadi di Planet Bumi. Suhu laut mencapai angka tertinggi, yang belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang masa.

Pada 2015, PBB dalam Perjanjian Iklim Paris berusaha membatasi pemanasan global jauh di bawah angka 2 derajat Celsius. Namun, apa yang terjadi? Seluruh negara di dunia diminta untuk memerangi perubahan iklim di angka tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius.

PBB juga mengecam keras 'greenwashing' yang dilakukan banyak korporasi. 'Greenwashing' merupakan strategi pemasaran dan komunikasi untuk mendapatkan citra ramah lingkungan. Padahal, tidak serius melakukan kegiatan yang berdampak positif terhadap lingkungan.

Dari paparan di atas, mungkin tidak banyak manusia yang paham penyebab dari perubahan iklim. Padahal, perubahan iklim tanpa disadari terjadi dari perilaku dan ulah manusia itu sendiri yang sangat 'menyakiti' lingkungan.

Dalam lamannya di United Nations, PBB menjabarkan sejumlah hal yang sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim. Dari sejumlah hal yang menyebabkan perubahan iklim, hal yang paling melekat dengan kehidupan sehari-hari adalah banjirnya industri manufaktur.

Kok bisa industri manufaktur berhubungan dengan krisis iklim? Singkatnya, semua industri manufaktur menggunakan bahan bakar fosil untuk menjalankan berbagai mesin. Hal inilah yang berdampak pada perubahan iklim.

Contoh-contoh industri manufaktur, yakni pabrik besi, baja, elektronik, pakaian, hingga plastik. Perkembangan industri manufaktur meningkat berbanding lurus dengan jumlah populasi di dunia.

Penyebab perubahan iklim yang juga erat dengan kehidupan sehari-hari adalah penggundulan lahan dan hutan. Hal ini dilakukan manusia untuk membangun pabrik, pertambangan, hingga permukiman penduduk.

Penebangan pohon di hutan untuk membuka lahan baru menyebabkan karbon dioksida terlepas ke atmosfer. Padahal, fungsi hutan adalah menyerap karbon dioksida tersebut agar udara lebih bersih dan sejuk.

Selanjutnya, transportasi. Penggunaan kendaraan pribadi, seperti sepeda motor, mobil, kapal, hingga pesawat berkontribusi besar menciptakan perubahan iklim. Banyaknya kendaraan pribadi membuat penggunaan bahan bakar fosil ikut meningkat.

Penggunaan transportasi ternyata menjadi penyumbang emisi karbon terbesar secara global. Bahkan, diprediksi gas emisi karbon dari kendaraan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.

Perilaku sehari-hari lainnya yang juga lekat dengan perubahan iklim adalah gaya hidup berlebihan. Beberapa contoh, sering membeli baju atau aksesori juga berkontribusi pada perubahan iklim.

Kemudian, membeli makanan dalam jumlah banyak sehingga rentan dibuang, sering berganti-ganti barang elektronik, dan pemakaian plastik, juga menjadi penyebab terjadinya perubahan iklim.

Lantas, harus bagaimana? Manusia hendaknya segera sadar bahwa bahaya perubahan iklim sudah terjadi di depan mata. Contohnya, perubahan iklim yang tidak menentu membuat bencana alam sering terjadi.

Tidak hanya itu, krisis iklim juga membuat manusia kian mudah terserang penyakit karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Perubahan iklim juga membuat makhluk hidup di laut terancam punah, hingga ikan-ikan harus makan mikroplastik.

Namun, meski saat ini kita hidup di zaman dunia 'hampir hancur', bukan berarti tidak ada yang bisa kita lakukan. Banyak manusia yang merusak dan menghancurkan alam, tetapi sebagian manusia lain masih berhati baik dan berpikir logis agar tidak hidup dalam keputusasaan.

Hal kecil yang bisa kita lakukan dari kehidupan sehari-hari untuk mengurangi penyebab perubahan iklim cukup banyak. Contoh mudah, pakailah transportasi umum.

Lainnya, jangan belanja pakaian, perhiasan, gadget, hingga barang elektronik lain secara berlebihan. Ketika belanja makanan, belilah secukupnya. Janganlah menyisakan makanan untuk dibuang. Kemudian, setop pakai kantong plastik saat belanja.

Hal-hal kecil ini terlihat kecil, tetapi nyatanya sulit dijalankan banyak orang. Namun, perubahan kecil ini sangat berdampak besar dalam menyelamatkan bumi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement