REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengelola air secara berkelanjutan menjadi bagian dari aktivitas bisnis ramah lingkungan yang kini diterapkan oleh banyak perusahaan. Tak terkecuali yang dilakukan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) di sejumlah unit bisnis dan kota mandiri yang dikelolanya.
Manajemen LPKR menegaskan komitmennya untuk mengelola air secara berkelanjutan di sejumlah proyeknya. Konsumsi dari sumber air berkelanjutan bahkan ditargetkan mencapai 30 persen dalam jangka panjang.
Group CEO LPKR John Riady mengatakan selama bertahun-tahun perseroan telah melakukan investasi signifikan untuk meningkatkan kemampuan menggunakan sumber daya air yang berkelanjutan. "Perseroan telah membangun kolam retensi untuk menampung air hujan dan air limpasan, yang selanjutnya diolah untuk digunakan kembali," ujarnya.
Mulai tahun 2022, LPKR telah membedakan antara konsumsi air oleh unit bisnis perseroan, dan pengambilan air oleh Divisi Pengolahan Air (WTD), yang merupakan bagian dari layanan Divisi Manajemen Kota (TMD). Hal ini disebabkan oleh perbedaan sifat bisnis yang signifikan. WTD mengambil air berdasarkan permintaan pelanggan untuk air olahan di kawasan, selain untuk kebutuhan operasional bisnis.
Selain pengelolaan air di lapangan, sebagai bagian dari operasional, WTD terlibat langsung dalam pengolahan dan pendistribusian air di kawasan utama Lippo Village, Lippo Cikarang, Tanjung Bunga, dan Kemang Village. Hal ini, ujar John, sebagai bagian dari strategi ketangguhan air perseroan secara holistik untuk mengelola suplai air dengan bertanggung jawab.
Pada tahun 2022, WTD secara kolektif mengambil sebesar 19,48 juta meter kubik air untuk pengolahan, mayoritas berasal dari pembelian air kota. WTD juga secara aktif berupaya mengurangi pengambilan air tawar dengan memanfaatkan sumber air berkelanjutan seperti pengumpulan air hujan dan air limbah daur ulang.
"Untuk pengumpulan air hujan, LPKR telah berinvestasi dalam pengumpulan dan penyimpanan air limpasan melalui kolam retensi, yang juga membantu mengurangi banjir di daerah perkotaan," kata John.
Untuk daur ulang air limbah, LPKR telah melengkapi beberapa instalasi pengolahan air limbah dengan sistem pengolahan tambahan. Hal ini untuk memastikan bahwa kualitas air limbah yang diolah layak untuk digunakan kembali.
Pada 2022, sebanyak 619 ribu meter kubik air olahan perseroan berasal dari sumber air berkelanjutan, yang menunjukkan peningkatan sebesar 19 persen dari tahun 2019. John menyampaikan manajemen telah menetapkan target pada tahun 2030 untuk meningkatkan volume air olahan dari sumber air berkelanjutan sebesar 30 persen dari baseline tahun 2019 yang sekitar 520 ribu meter persegi.
"Hal ini memerlukan perencanaan ke depan dan investasi yang signifikan untuk membangun kemampuan memanen air hujan dan mendaur ulang air limbah dalam skala besar," ujarnya.