Jumat 08 Dec 2023 21:55 WIB

WHO Prediksi 250 Ribu Orang akan Meninggal per Tahun Akibat Perubahan Iklim

Perubahan iklim kian berdampak terhadap kesehatan manusia.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia semakin meningkat.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekhawatiran tentang dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia semakin meningkat, mulai dari polusi udara hingga wabah penyakit yang terkait dengan cuaca ekstrem seperti banjir. Diperkirakan 250 ribu orang akan meninggal setiap tahunnya akibat perubahan iklim, demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Namun demikian, statistik menunjukkan bahwa satu dari empat kematian disebabkan oleh penyebab lingkungan yang dapat dicegah. Kondisi ini mendorong konferensi iklim COP28 di Dubai untuk mengadakan Hari Kesehatan (Health Day) yang pertama. Hari Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pendanaan aksi iklim yang berfokus pada kesehatan, dimana selama ini sektor kesehatan hanya menerima 2 persen dari pendanaan adaptasi dan 0,5 persen dari keseluruhan pendanaan iklim.

Baca Juga

 

Lantas bagaimana perubahan iklim memengaruhi kesehatan kita?

Di seluruh dunia, para ahli kesehatan mengatakan bahwa perubahan iklim memperburuk berbagai masalah kesehatan, baik secara langsung, seperti kematian akibat panas atau luka-luka akibat kebakaran hutan, maupun secara tidak langsung, misalnya melalui peningkatan penyakit yang berkaitan dengan cuaca ekstrem seperti banjir.

Penyakit menular yang ditularkan melalui air seperti kolera dapat menjadi lebih bermasalah ketika suhu dan pola curah hujan menjadi lebih ekstrem. Sementara itu, genangan air dapat memicu penyebaran penyakit seperti malaria dan demam berdarah yang disebarkan oleh nyamuk.

Malnutrisi, yang diperparah oleh kekeringan berkepanjangan dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya seperti banjir, juga berdampak pada kesehatan manusia. Polusi udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil menyebabkan lebih dari 6,5 juta kematian per tahun secara global, angka yang terus meningkat, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu di jurnal Lancet Planetary Health.

Perubahan iklim juga meningkatkan kemungkinan terjadinya peristiwa besar terkait virus seperti pandemi Covid-19, terutama karena deforestasi yang semakin parah, yang membuat manusia dan hewan liar semakin dekat. Selain itu, dampak pemanasan global juga berkaitan dengan gangguan kesehatan mental karena menyebabkan kemiskinan, pengungsian, dan kerawanan pangan.

 

Siapa yang paling terpengaruh oleh dampak kesehatan iklim?

Presiden World Medical Association, Lujain Alqodmani, mengatakan bahwa masyarakat yang terpinggirkan dan masyarakat miskin menanggung beban terberat dari beban kesehatan yang disebabkan oleh iklim.

"Kelompok-kelompok ini sering kali tidak memiliki sumber daya dan infrastruktur yang memadai untuk memitigasi atau beradaptasi terhadap risiko terkait iklim, sehingga mereka rentan terhadap hasil kesehatan yang merugikan," kata Alqodmani seperti dilansir Eco Business, Jumat (8/12/2023).

Hal ini dapat dilihat di tempat-tempat seperti provinsi Chiquimula di Guatemala, di mana cuaca yang lebih ekstrem memicu tingginya angka malnutrisi pada anak. Anak-anak yang kekurangan gizi berisiko mengalami kesehatan yang buruk sepanjang hidupnya.

Perubahan iklim memperburuk risiko yang dihadapi oleh individu yang sudah sakit, cacat, berpenghasilan rendah, atau rentan dengan cara lain. Di negara-negara miskin dengan tingkat kematian ibu yang tinggi seperti Sudan Selatan, gelombang panas misalnya, menimbulkan ancaman yang semakin besar bagi wanita hamil dan bayi, menempatkan mereka pada risiko keguguran, kelahiran mati atau bayi dengan berat badan rendah.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement