Senin 01 Jan 2024 15:11 WIB

Studi: Mayoritas Mamalia Laut Dipenuhi Plastik, Termasuk Lumba-Lumba dan Paus  

Menurut penelitian mikroplastik terdeteksi di dalam tubuh hewan-hewan laut.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Menurut para peneliti dari Duke University Marine Lab, mikroplastik terdeteksi di dalam tubuh hewan-hewan laut. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Menurut para peneliti dari Duke University Marine Lab, mikroplastik terdeteksi di dalam tubuh hewan-hewan laut. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa sebagian besar mamalia laut, termasuk paus dan lumba-lumba, menelan mikroplastik. Menurut para peneliti dari Duke University Marine Lab, mikroplastik terdeteksi di dalam tubuh hewan-hewan ini, yang menandakan bahwa partikel plastik tersebut dapat masuk ke dalam jaringan banyak spesies.

Penelitian ini mengungkapkan tren yang mengkhawatirkan tentang implikasi yang lebih luas dari polusi laut. Meskipun kerusakan yang disebabkan oleh mikroplastik yang tertanam ini masih belum dapat dipastikan, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa plastik dapat mengganggu keseimbangan hormon, meniru dan mengganggu sistem endokrin mamalia laut.

Baca Juga

"Ini adalah beban tambahan di atas semua hal lain yang mereka hadapi: perubahan iklim, polusi, kebisingan, dan sekarang mereka tidak hanya menelan plastik, tetapi juga terinternalisasi. Sebagian dari massa mereka sekarang adalah plastik,” kata penulis studi Greg Merrill Jr, seorang mahasiswa pascasarjana di Duke University Marine, seperti dilansir Study Finds, Senin (1/1/2024).

Para peneliti menganalisis sampel dari 32 hewan laut, yang mencakup 12 spesies, yang ditemukan antara tahun 2000 dan 2021 di Alaska, California, dan North Carolina. Semua hewan ini, termasuk anjing laut berjanggut (bearded seal), memiliki jejak plastik di jaringan mereka.

Mengingat bahwa plastik secara alami tertarik pada lemak (bersifat lipofilik), plastik kemungkinan besar menempel pada lemak hewan laut. Penelitian ini juga menemukan adanya plastik di dalam bulu, daerah penghasil suara, bantalan lemak, dan paru-paru hewan-hewan ini.

Partikel-partikel tersebut ditemukan berkisar antara 198 dan 537 mikron. Sebagai perbandingan, lebar rata-rata rambut manusia adalah sekitar 100 mikron. "Sekarang kita tahu bahwa plastik ada di dalam jaringan-jaringan ini, dan kita akan melihat seperti apa dampak metaboliknya," kata Merrill.

Plastik yang paling sering ditemukan adalah serat poliester dan polietilena, komponen utama dalam wadah minuman. Biru adalah warna dominan dari plastik yang ditemukan.

Perkiraan yang mengkhawatirkan dari sebuah makalah tahun 2022 di Nature Communications menunjukkan bahwa paus biru dapat menelan hingga 43 kilogram sampah plastik setiap hari di lepas Pantai Pasifik California. Paus dan lumba-lumba, yang mengonsumsi ikan, juga dapat menelan plastik yang terakumulasi dalam tubuh mangsanya.

"Kami belum melakukan perhitungan, tetapi sebagian besar mikroplastik mungkin melewati usus dan dibuang. Namun, sebagian lagi mungkin berakhir di jaringan tubuh hewan. Bagi saya, hal ini hanya menggarisbawahi keberadaan plastik di lautan dan skala masalah ini. Beberapa sampel ini berasal dari tahun 2001. Sepertinya, hal ini telah terjadi setidaknya selama 20 tahun,” kata Merrill.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement