Jumat 12 Jan 2024 21:39 WIB

Cara Lain Kurangi Emisi Karbon Selain Jadi Vegan Menurut Ahli Gizi

Ada cara lain yang bisa dilakukan untuk kurangi emisi selain pola makan vegan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Selain menjadi vegan, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan emisi gas rumah kaca.
Foto: www.pixabay.com
Selain menjadi vegan, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan emisi gas rumah kaca.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor pangan dan peternakan bertanggung jawab atas sekitar 14,5 persen emisi gas rumah kaca global, demikian menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Atas hal tersebut banyak para ilmuwan yang mendorong penerapan pola makan nabati dan bahkan vegan (tidak makan produk hewani sama sekali).

Sebuah studi terbaru dari University of Oxford dan dipublikasikan dalam jurnal Nature Food, menemukan bahwa pola makan vegan menciptakan emisi gas rumah kaca 75 persen lebih sedikit daripada pola makan tinggi daging. Studi ini dinilai sebagai salah satu analisis paling komprehensif terkait pola diet dan dampak iklim.

Baca Juga

Menanggapi hal ini, Ahli Gizi sekaligus Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia Prof Hardinsyah, menyatakan bahwa emisi dari aktivitas seseorang dalam penggunaan pangan memang cukup besar yaitu 10 hingga 30 persen dari total emisi yang dihasilkan dari semua aktivitas kehidupan seseorang. Adapun tinggi rendahnya emisi penggunaan pangan oleh seseorang ini pada prinsipnya tergantung jenis pangan, cara produksi, distribusi, pengolahan, pengemasan, hingga konsumsi pangan.

Prof Hardinsyah mengatakan bahwa menerapkan pola makan vegan atau vegetarian boleh-boleh saja, selama bisa mencukupi kebutuhan gizi harian. Namun selain menjadi vegan, lanjut dia, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan emisi gas rumah kaca.

“Meskipun menjadi vegan atau vegetarian tentu dapat mengurai emisi, tapi pada prinsipnya ada cara-cara lain bagi seseorang untuk mengurangi emisi,” kata Prof Hardinsyah saat dihubungi Republika, Jumat (12/1/2024).

Cara yang dimaksud Prof Hardinsyah, di antaranya dengan menerapkan pola makan yang didominasi jenis pangan nabati atau plant based diet. Pada intinya, pola makan ini mengharuskan seseorang untuk membatasi atau meminimalkan konsumsi pangan hewani dengan tetap memenuhi kebutuhan gizi sesuai kondisi tubuh untuk hidup sehat.

Kemudian, lanjut dia, dengan meningkatkan konsumsi pangan lokal yang dinilai sangat efektif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Prof Hardinsyah menjelaskan, sumber pangan lokal tidak membutuhkan jalur distribusi yang panjang, sehingga jejak karbon yang dilepaskan pun lebih minim dibandingkan sumber pangan non-lokal atau impor.

“Anda juga memilih dan mengonsumsi pangan yang sedang musim, karena hal tersebut dapat mengurangi emisi proses dan penyimpanan,” kata Prof Hardinsyah.

Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari pangan, dia juga menyarankan masyarakat untuk membeli dan menyimpan pangan dengan bijak. Cara ini dinilai bisa meminimalkan emisi gas rumah kaca dari proses penyimpanan, pengemasan dan limbah.

“Masak sendiri atau beli dari pasar online terdekat juga bisa jadi cara untuk mengurangi emisi. Apalagi jika Anda bisa menerapkan zero atau minimal food loss & waste, dengan membuat kompos misalnya dari sisa pangan yang sudah tidak dapat dikonsumsi,” kata Prof Hardinsyah.

Ia juga menyarankan masyarakat untuk membatasi penggunaan pangan yang diproses berkali-kali dan dengan suhu tinggi. Berbagai cara tersebut, menurut Prof Hardinsyah, akan bisa berdampak pada pengurangan emisi gas rumah kaca terutama jika dilakukan secara konsisten oleh masyarakat Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement