Jumat 05 Jul 2024 08:56 WIB

Daging Nabati Diklaim Lebih Sehat Bagi Jantung Dibandingkan Daging Biasa

Daging nabati dinilai sejalan dengan rekomendasi diet untuk kesehatan jantung.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Daging nabati (ilustrasi). Daging nabati dinilai lebih sehat dibandingkan daging biasa.
Foto: PxHere
Daging nabati (ilustrasi). Daging nabati dinilai lebih sehat dibandingkan daging biasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alternatif daging nabati (plant-based meal alternative/PBMA) menjadi pilihan populer bagi orang-orang yang sadar akan kesehatan dan ingin mengurangi asupan daging dalam beberapa tahun terakhir. Namun, apakah alternatif ini benar-benar lebih sehat untuk jantung kita?

Sebuah tinjauan terbaru yang diterbitkan dalam Canadian Journal of Cardiology menjernihkan perdebatan ini, dan menemukan bahwa PBMA benar-benar lebih baik untuk kesehatan jantung daripada daging biasa. Lonjakan popularitas PBMA tidak dapat dipungkiri. Mulai dari burger yang terbuat dari protein kacang polong hingga sosis yang dibuat dari kedelai, alternatif daging ini menjadi makanan pokok di banyak rumah tangga. Kesimpulan yang paling menarik dari ulasan terbaru adalah bahwa PBMA, meskipun merupakan produk olahan, secara umum sejalan dengan rekomendasi diet untuk kesehatan jantung.

Baca Juga

“Produk ini sering kali mengandung lebih sedikit lemak jenuh dan lebih banyak serat makanan dibandingkan produk daging, sehingga berpotensi menawarkan efek kardioprotektif,” kata penulis utama studi dari University of British Columbia, Matthew Nagra seperti dilansir Study Finds, Jumat (5/7/2024).

Meskipun demikian, peneliti menyatakan studi lanjutan sangat diperlukan. Karena masih ada pertanyaan mengenai implikasi kesehatan jangka panjang dari produk alternatif daging nabati, terutama mengingat kandungan natriumnya yang tinggi dan melalui proses yang panjang (ultraproses).

Dalam studi ini, para peneliti mengevaluasi literatur yang tersedia tentang PBMA dan penyakit kardiovaskular (CVD), dengan berfokus pada profil nutrisi PBMA dan dampaknya terhadap faktor risiko CVD. Mereka menganalisis literatur yang telah ditinjau oleh rekan sejawat dari tahun 1970 hingga 2023, dengan menggunakan istilah pencarian yang terkait dengan daging nabati, kesehatan jantung, dan komponen nutrisi seperti protein kedelai, protein kacang polong, dan lemak makanan.

Penelitian ini memprioritaskan uji coba terkontrol secara acak (RCT) dan studi kohort prospektif yang membandingkan PBMA dengan produk daging tradisional. Pendekatan ini memastikan analisis yang kuat tentang bagaimana PBMA memengaruhi penanda kardiovaskular utama seperti kolesterol total, kolesterol jahat atau low-density lipoprotein (LDL), dan berat badan.

“Meskipun pasar daging nabati telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir dan semakin banyak orang yang menikmati burger nabati, secara mengejutkan hanya sedikit yang diketahui tentang bagaimana alternatif daging ini dapat berdampak pada kesehatan dan khususnya risiko penyakit kardiovaskular,” kata Nagra.

“Jadi kami berusaha meninjau literatur yang tersedia tentang topik ini untuk mengidentifikasi apa yang saat ini diketahui dan memberikan arahan untuk penelitian di masa depan," kata dia.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement