REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencairnya es di kutub akibat perubahan iklim dapat berdampak pada rotasi Bumi, dan mengubah jam global (global clock). Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature, “detik kabisat” yang akan ditambahkan ke Waktu Universal Terkoordinasi (UTC) pada tahun 2026 mungkin akan tertunda hingga 2029, karena mencairnya es di kutub.
Hal ini dapat berdampak pada jaringan komputer di seluruh dunia, serta dapat menjadi pertanda akan terjadinya perubahan iklim yang terus berlanjut dan mencairnya es di laut.
Komputasi jaringan dan pasar keuangan, di antara banyak aktivitas lainnya, memerlukan jam global standar, yang disediakan oleh UTC. Namun, karena rotasi Bumi terkadang bervariasi, UTC disesuaikan sedikit bila diperlukan untuk mempertahankan kerangka waktu yang konsisten dengan rotasi Bumi relatif terhadap bintang-bintang.
Faktor-faktor di dalam Bumi memengaruhi kecepatan sudutnya, terutama inti luar yang cair. Kecepatan sudut inti cair ini terus menurun, sehingga kecepatan sudut Bumi yang padat meningkat, yang berarti Bumi berputar sedikit lebih cepat.
Untuk mengoreksi peningkatan kecepatan sudut ini, beberapa detik kabisat telah ditambahkan pada jam global selama beberapa dekade terakhir, dan detik kabisat negatif akan ditambahkan pada tahun 2026. Namun, sekarang, dampak dari mencairnya es laut di kutub telah menyebabkan sistem ketepatan waktu ini menjadi kacau.
Antartika mencair dengan kecepatan rata-rata sekitar 150 miliar ton es per tahun, sementara lapisan es di Greenland kehilangan sekitar 270 miliar ton per tahun. Pencairan es di kutub ini telah meningkatkan permukaan laut di seluruh dunia, memindahkan massa menjauhi kutub. Hal ini mungkin telah menurunkan kecepatan sudut planet ini, dan oleh karena itu, detik kabisat negatif akan dibutuhkan pada tahun 2029.
"Mengekstrapolasi tren inti dan fenomena relevan lainnya untuk memprediksi orientasi Bumi di masa depan menunjukkan bahwa UTC yang sekarang ditetapkan akan membutuhkan diskontinuitas negatif pada tahun 2029," tulis peneliti dari University of California San Diego Duncan Agnew, dalam makalahnya.
"Hal ini akan menimbulkan masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk pengaturan waktu jaringan komputer dan mungkin memerlukan perubahan dalam UTC yang dilakukan lebih awal dari yang direncanakan. Jika pencairan es di kutub tidak mengalami percepatan baru-baru ini, masalah ini akan terjadi 3 tahun lebih awal: pemanasan global sudah mempengaruhi ketepatan waktu global,” tambah dia seperti dilansir Newsweek, Kamis (28/3/2024).
Menurut makalah tersebut, pemanasan global di masa depan dapat menyebabkan masalah lebih lanjut dengan ketepatan waktu global di masa depan seiring dengan berlanjutnya perubahan iklim.