Selasa 18 Jun 2024 12:27 WIB

Penelitian Terbaru Ungkap Tantangan Pensiunkan PLTU, Ini Hasilnya

Penonaktifan pembangkit listrik batu bara akan memakan banyak biaya.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Foto udara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang di Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB, Jumat (27/8/2021).
Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi
Foto udara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang di Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB, Jumat (27/8/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Penelitian terbaru Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menemukan bahwa pada akhir abad ini, lebih dari 800 pembangkit listrik tenaga batu bara di berbagai negara dapat dinonaktifkan. Pembangkit batu bara itu dapat diganti dengan pembangkit listrik tenaga surya yang lebih bersih dan tetap menguntungkan.

IEEFA mengatakan, walaupun hanya sepersepuluh pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada saat ini dijadwalkan dinonaktifkan pada tahun 2030, ada lebih banyak lagi yang dapat ditutup jika ada upaya untuk mengidentifikasi peluang-peluang yang ada. "Masalah utama di sini adalah kurangnya jalur transaksi batu bara-ke energi bersih yang terdefinisi dengan baik, terkontrak, dan menguntungkan," kata penulis utama laporan IEEFA Paul Jacobson, Senin (17/6/2024).

Baca Juga

Setiap tahun, sebanyak 2.000 gigawatt pembangkit listrik tenaga batu bara menghasilkan 15 miliar metrik ton karbon dioksida. Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan untuk mempertahankan kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celsius dari masa pra-industri, maka emisi dunia pada tahun 2040 harus nol.

Namun, penonaktifan pembangkit listrik batu bara akan memakan banyak biaya, terutama apabila pembangkit listrik itu masih memiliki utang atau terikat perjanjian pasokan (PPA) yang mengharuskan mereka memasok listrik selama beberapa dekade. Pemerintah-pemerintah di seluruh dunia mencoba mencari solusi untuk membayar transisi dari batu bara ke sumber energi yang lebih bersih. Hal ini termasuk Mekanisme Transisi Energi yang ditawarkan Bank Pembangunan Asia. Namun sejauh ini hanya segelintir proyek yang berjalan.