Kamis 25 Jul 2024 06:38 WIB

Pak Sururi, ‘Superhero’ Mangrove yang Terima Penghargaan Kalpataru dari Jokowi

Sururi memperoleh Kalpataru atas dedikasinya dalam pelestarian mangrove.

Sururi, penerima penghargaan Kalpataru 2024 dari Presiden Joko Widodo. Penghargaan ini diterima Sururi atas dedikasinya dalam pelestarian mangrove di kawasan pesisir Semarang, Jawa Tengah.
Foto: Dok. Republika/Qommarria Rostanti
Sururi, penerima penghargaan Kalpataru 2024 dari Presiden Joko Widodo. Penghargaan ini diterima Sururi atas dedikasinya dalam pelestarian mangrove di kawasan pesisir Semarang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Di pesisir Semarang, Jawa Tengah, terdapat sosok inspiratif bernama Sururi. Sudah lebih dari tiga dekade, Sururi mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan hutan mangrove di pesisir Semarang.

Kepedulian dan jerih payah Sururi terhadap mangrove membuatnya diganjar penghargaan Kalpataru 2024, sebuah pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dalam menjaga lingkungan. Kisah Sururi berawal dari keprihatinannya melihat kondisi ekosistem pesisir di Semarang, terutama di tempatnya tinggal di Kecamatan Mangkang.

Baca Juga

Pada 1990-an, pesisir Semarang mengalami abrasi parah akibat alih fungsi lahan dan eksploitasi berlebihan. Tak terkecuali pesisir dekat rumah Sururi. Kala itu, jarak antara pesisir pantai dengan permukiman warga hanya 600 meter.

Abrasi parah ini mengakibatkan kerusakan lingkungan hingga hilangnya habitat biota laut.

Tergerak oleh keprihatinan, Sururi memulai langkahnya untuk menyelamatkan hutan mangrove. Dengan tekad bulat dan modal seadanya, dia mulai menanam bibit mangrove di pesisir Semarang.

“Mulai menanam mangrove tahun 1995, tahun 1997 mendapat pendampingan dari Prof Sudharto (Guru Besar Manajemen Lingkungan Hidup Universitas Diponegoro-Redaksi) tapi itu masih ‘naik-turun’,” kata Sururi saat ditemui Republika.co.id di Semarang pada Rabu (24/7/2024).

Usahanya tak mudah. Banyak orang yang meragukannya. Namun, Sururi tak patah semangat. Dia terus bekerja keras, menanam bibit mangrove setiap hari, dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Pada 2007, Sururi mulai mendapatkan pendanaan dari Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) hingga sekarang. “Itu mulai agak terbuka jalannya, jalan saya agak mulus dalam artian ada enakan ada CSR dari BLDF,” kata dia.

Seiring waktu, kegigihan Sururi mulai membuahkan hasil. Bibit-bibit mangrove yang ditanamnya tumbuh, menarik kembali biota laut dan melindungi pantai dari abrasi. Tak hanya manfaat ekologis, budi daya hutan mangrove juga membawa berkah bagi perekonomian masyarakat setempat.

Tanaman mangrove diolah menjadi produk yang dapat dijual. Sururi mengatakan, ibu-ibu di kawasan tempatnya tinggal didorong untuk membuat inovasi produk yang bisa dipasarkan. “Akhirnya bikin produk yang bisa dimakan dan awet, kami bikin sirop. Ada juga pewarna untuk batik,” kata dia.

Keberhasilan Sururi menginspirasi banyak orang untuk ikut serta dalam upaya pelestarian hutan mangrove. Kini, sejak tiga dekade perjuangannya, Sururi berhasil mengubah pesisir Semarang menjadi hutan mangrove yang lebat. Hutan mangrove ini tak hanya menjadi benteng alami bagi pantai, tetapi juga menjadi habitat bagi berbagai jenis biota laut dan sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar.

Atas dedikasinya yang luar biasa, Sururi dianugerahi penghargaan Kalpataru 2024.

Kisah Sururi adalah bukti nyata bahwa tekad dan kegigihan dapat membawa perubahan besar. Penghargaan Kalpataru yang diraih Sururi bukan hanya menjadi kebanggaan bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Semarang dan Indonesia. Keberhasilannya menunjukkan bahwa upaya pelestarian lingkungan dapat dilakukan oleh siapa saja, dengan tekad dan kerja keras yang berkelanjutan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement