Rabu 23 Oct 2024 14:00 WIB

Indonesia Masih Tertinggal dalam Perdagangan Berkelanjutan

STI mengukur tiga pilar kebetlanjutan dalam perdagangan suatu negara.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (26/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringkat Indonesia kalah jauh dari sejumlah negara Asia Tenggara lain dalam Index Perdagangan Keberlanjutan 2024 (Hinrich-IMD Sustainable Trade Index/ STI). Tahun ini, peringkat Indonesia naik satu peringkat ke posisi 18 dunia dari total 30 negara yang diukur dalam penelitian Hinrich-IMD STI 2024.

Dikutip dari pernyataan International Institute for Management Development (IMD), di Asia Tenggara, dengan total skor 45,3 Indonesia hanya ada di posisi keenam dari sepuluh negara Asia Tenggara yang masuk dalam penelitian tersebut. Kelima negara dengan Indeks Perdagangan Keberlanjutan terbaik di kawasan Asia Tenggara adalah Singapura di peringkat 4 dunia, Thailand peringkat 12 dunia, Filipina peringkat 13, Vietnam peringkat 14, dan Malaysia peringkat 15.

Meski demikian, Indonesia berhasil mengungguli India yang ada di peringkat 24 dan Rusia yang ada diposisi buncit diperingkat 30. Sementara dari negara Asia Tenggara lain, Indonesia lebih unggul dari Kamboja diperingkat 19, Laos 22, Brunei 24 dan Myanmar 27.

Sementara lima negara dengan indeks perdagangan berkelanjutan terbaik dunia adalah Selandia Baru dengan skor 100, diikuti Inggris dengan skor 97,7, Australia dengan skor 87,4, Singapura dengan skor 85, 7, dan Jepang dengan skor 81,5.

“Pertumbuhan perdagangan global diperkirakan kembali melesat pada 2024, untuk itu pengukuran indeks perdagangan ini kami lakukan, sebab perdagangan merupakan salah satu faktor penting pendorong daya saing ekonomi yang berkelanjutan di suatu negara," kata kata Chief Economist of the IMD World Competitiveness Center Christos Cabolis dalam pernyataan IMD, Selasa (22/10/20240

STI merupakan penelitian yang mengukur apakah perdagangan ekonomi suatu negara sudah mampu menyeimbangkan tiga pilar keberlanjutan yaitu pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengelolaan lingkungan.

"Indeks menunjukkan beberapa negara berhasil melakukan perdagangan berkelanjutan; mendorong nilai perdagangan, tapi sambil tetap membangun ketahanan lingkungan mereka," kata CEO Hinrich Foundation Kathryn Dioth.

Skor yang menjadi penentu peringkat pada Hinrich-IMD STI 2024 diukur berdasarkan 72 poin data yang dibagi menjadi tiga kategori utama; ekonomi, sosial, dan lingkungan. Laporan ini pun memberikan paparan sejumlah perbaikan yang perlu dilakukan Indonesia di sejumlah sektor tersebut untuk memperbaiki skor perdagangan berkelanjutan.

Indikator ekonomi menunjukkan seberapa efektif strategi suatu negara bisa untuk memanfaatkan kesempatan perdagangan global. Dari sektor ekonomi, tiga hal yang harus mendapat perhatian adalah soal inovasi teknologi yang menempati skor terendah (5,27) diikuti nilai ekspor barang dan jasa (skor 7,02) dan kredit domestik untuk sektor swasta (berdasarkan persentase Produk Domestik Bruto/ PDB) dengan skor 10,19.

Negara dengan infrastruktur teknologi yang kuat, kebijakan perdagangan yang efisien, termasuk kebijakan tarif yang kompetitif cenderung meningkatkan daya saing perdagangan dan menarik investasi asing. Hong Kong, Amerika Serikat, Korea Selatan, China, dan Inggris unggul di sektor ini.

Faktor sosial mengukur dukungan pengembangan sumber daya manusia untuk mendorong daya saing keberlanjutan. Di sektor sosial, rapor merah Indonesia ada pada angka harapan hidup saat lahir yang ada di skor 12,15 dengan umur rata-rata 68,3 tahun. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah soal stabilitas politik (skor 28) dan pencapaian pendidikan (skor 26,27).

Pendidikan menjadi salah satu poin penting di sektor sosial, karena menjadi bekal keahlian dan fleksibilitas tenaga kerja untuk menghadapi tantangan ekonomi dan sigap mengambil kesempatan. Negara-negara seperti Selandia Baru, Kanada, Australia, Taiwan, dan Singapura menjadi contoh terbaik pengembangan infrastruktur sosial yang tangguh guna mendukung daya saing perdagangan jangka panjang.

Faktor lingkungan mengevaluasi apakah suatu negara sudah mengelola sumber daya alam dan mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan ekonominya, khususnya terkait perdagangan global. Dalam pernyataannya, IMD mengatakan untuk sektor ini, Indonesia perlu melakukan perbaikan pengelolaan air limbah (skor 23,27), pengembangan energi terbarukan (skor 26,4), dan perbaikan deforestasi (28,54).

Selandia Baru, Inggris, Filipina, Meksiko, dan Australia berhasil menjadi negara dengan skor tinggi di sektor ini. Mereka memiliki kebijakan dan komitmen lingkungan yang lebih tegas dibanding negara lain.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement