REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan listrik global diprediksi akan melonjak pada tahun depan. Hal ini turut mengerek penambahan kapasitas pembangkit EBT yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) hingga 1.000TWh.
Rystad Energy mencatat pertumbuhan dekarbonisasi industri, peningkatan penggunaan kendaraan listrik (EV), serta ekspansi pesat pusat data menjadi faktor pengerek melonjaknya konsumsi listrik global.
Carlos Torres Diaz, Head of Power Markets Research Rystad Energy mengatakan kebutuhan listrik global dari sektor pusat data akan lebih dari dua kali lipat pada akhir dekade ini, mencapai 860 terawatt-jam (TWh). Ia mengatakan peningkatan konsumsi listrik dari sektor teknologi dan pusat data tidak dapat dihindari.
"Perusahaan teknologi besar kini berlomba mengamankan pasokan listrik rendah karbon melalui perjanjian pembelian energi jangka panjang. Tantangan terbesar adalah memastikan stabilitas pasokan energi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat," ujar Diaz.
Di tengah lonjakan kebutuhan listrik, memprioritaskan sumber energi terbarukan menjadi semakin krusial. Kapasitas tenaga surya dan angin diprediksi akan mencapai rekor baru pada 2025, dengan tambahan hampir 1.000 TWh listrik. Pertumbuhan ini diharapkan dapat mengakomodasi sebagian besar peningkatan permintaan listrik global.
Untuk memenuhi kebutuhan daya yang beroperasi 24 jam, beberapa perusahaan teknologi mulai beralih ke sumber daya baseload tambahan, termasuk melalui perjanjian pembelian listrik dari pembangkit listrik tenaga nuklir konvensional. Selain itu, minat terhadap teknologi reaktor modular kecil (small modular reactor atau SMR) juga mulai meningkat, meskipun masih terkendala biaya pengembangan yang lebih tinggi dan perlunya pembuktian kelayakan teknis.
Dengan peningkatan konsumsi dari sektor teknologi dan transportasi, kolaborasi antar-pemangku kepentingan untuk memastikan transisi energi yang berkelanjutan menjadi semakin mendesak. Peran energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin akan menjadi kunci dalam mendukung kebutuhan listrik yang terus meningkat di era kecerdasan buatan (AI) dan kendaraan listrik.
"Lonjakan ini menegaskan pentingnya investasi dalam infrastruktur energi rendah karbon, baik dari sisi pembangkit maupun teknologi penyimpanan energi, demi memastikan pasokan listrik yang andal, efisien, dan ramah lingkungan," kata Diaz.