Ahad 23 Feb 2025 22:11 WIB

Pemprov DKI Tambah RDF untuk Kelola Sampah Jakarta

Saat ini produksi sampah di Jakarta mencapai 8.000 ton.

Petugas mengangkut sampah ke atas mobil truk untuk dibawa menuju Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi di Bank Sampah Depo Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta, Senin (4/11/2024). Pemprov DKI Jakarta menargetkan akan melakukan pengurangan sampah sebesar 30 persen dan penanganan mencapai 70 persen pada tahun 2025. Sementara berdasarkan data Bank Sampah Depo Menteng Atas, jumlah sampah harian di wilayah Kecamatan Setiabudi menncapai 100 ton per hari dan sekitar 7.000 ton per hari untuk seluruh wilayah di DKI Jakarta.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas mengangkut sampah ke atas mobil truk untuk dibawa menuju Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi di Bank Sampah Depo Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta, Senin (4/11/2024). Pemprov DKI Jakarta menargetkan akan melakukan pengurangan sampah sebesar 30 persen dan penanganan mencapai 70 persen pada tahun 2025. Sementara berdasarkan data Bank Sampah Depo Menteng Atas, jumlah sampah harian di wilayah Kecamatan Setiabudi menncapai 100 ton per hari dan sekitar 7.000 ton per hari untuk seluruh wilayah di DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menargetkan untuk menambah pabrik pengolah sampah menjadi bahan bakar atau Refuse Derived Fuel (RDF) Plant  agar penanganan sampah di Jakarta setiap harinya menjadi lebih baik.

“Waktu di tim transisi, RDF menjadi masukan untuk ditambah, kalau satu masih kurang,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno di Jakarta, Ahad.

Baca Juga

Menurut dia terkait dengan rencana penambahan RDF ini, tentu akan dibicarakan dengan Gubernur DKI Pramono Anung. Menurut dia Pramono lebih mengetahui persoalan sampah ini.

Ia mengatakan problem sampah di Jakarta ini dari dulu sudah dipahami dan tidak pernah selesai karena memang DKI Jakarta tidak memiliki lahan untuk menampung sampah.

“Untung kita punya Bekasi yang bisa kita kerja samakan, tapi lama-lama Bekasi akan kewalahan juga,” kata dia.

Menurut dia saat ini sudah ada teknologi pengolah sampah menjadi listrik melalui Intermediate Treatment Facility (ITF) yang mampu mereduksi sampah sebanyak 80 persen hingga 90 persen dari total kapasitas sampah melalui perubahan bentuk, komposisi dan volume sampah dengan menggunakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan yang ada di empat lokasi yakni Sunter, Marunda, Cakung, dan Duri Kosambi.

Sementara RDF Plant yang ada di Rorotan Kecamatan Cilincing Jakarta Utara mampu menampung 2.500 ton sampah per hari yang diproses menjadi bahan bakar alternatif dengan teknologi mutakhir.

“Pilihannya hanya dua itu saja,” kata dia.

Ia mengatakan Pemprov harus berani mengambil keputusan karena produksi sampah di Jakarta yang tinggi harus diproses sedemikian rupa agar tidak menjadi persoalan.

Saat ini produksi sampah di Jakarta mencapai 8.000 ton dan ditampung di RDF Plant Rorotan dengan kapasitas 2.500 serta sisanya dibuang ke Bantar Gebang Bekasi.

“Lama-lama tentu Bekasi akan kewalahan dan solusinya penambahan RDF Plant,” kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement