REPUBLIKA.CO.ID,MOGADISHU--Kelompok Islam militan menyerang istana Presiden dan beberapa kantor pemerintahan di Ibu Kota Somalia, Mogadishu, Ahad (23/5). Setidaknya 15 orang tewas dan 30 orang terluka.
Di saat itu, Presiden Somalia, Syaikh Syarif Syaikh Ahmed tidak ada di istananya. Dia sedang menghadiri sebuah perhelatan pemimpin negara-negara Afrika di Turki. Berkali-kali pemberontak Afrika mengincar pusat pemerintahan. Mereka menyerang menggunakan mortar.
Pekan lalu, 16 warga sipil terbunuh ketika pemberontak menyerang gedung parlemen. Seorang saksi, Ali Ahmed, mengatakan enam mortar menggetarkan area sekitar istana. Juru bicara militer Somalia, Mohamed Kalmoy, menuding jaringan militer Al-Qaida sebagai biang kerok kerusuhan in. Namun demikian, pasukan militer Somalia berhasil membunuh beberapa pemberontak.
Selama 19 tahun pemerintahan Somalia tidak berjalan. Sementara, para militan menguasai banyak daerah di Mogadishu. Mereka telah menggulingkan pemerintahan yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selama tiga tahun. Tidak berjalannya hukum di negara itu menjadikan perdagangan gelap merebak di pinggiran pantai.
Warga Somalia telah merasakan konflik itu hampir dua dekade. Kelompok pembela hak asasi manusia telah berkali-kali mengecam pemberontak untuk tidak mengincar warga sipil, namun tetap tidak diindahkan.