REPUBLIKA.CO.ID,BAGHDAD-–Seorang juru penerjemah Iraq untuk militer Amerika Serikat ditembak mati pada Jumat (18/6) oleh anaknya dan keponakannya di bagian Utara ibukota tersebut. Penyebab penembakan itu karena penerjemah tersebut menolak tuntutan mereka untuk meninggalkan pekerjaannya. Hal itu dikatakan salah seorang pejabat polisi kota tersebut, Jumat (18/6).
Penyerangan itu terjadi pada sedikitnya 16 orang tewas. Kejadian tersebut menjadi pengingat marabahaya menghadapi Irak, meskipun dalam beberapa tahun terakhir kekerasan seperti itu sudah menurun.
Menurut Letnan Polisi Emad Muhsin, Hameed al-Daraji ditembak di bagian dadanya saat dia di rumahnya di Samarra yang berjarak 60 mile atau 95 kilometer sebelah Utara Baghdad.
Daraji sendiri, dikatakan Muhsin, merupakan pekeja kontraktor dan penerjemah untuk militer Amerika Serika sejak 2003 lalu. Profesinya itu, lanjut Muhsin, tidak sesuai dengan keinginan keluarganya dan kerabat dekatnya. Sehingga dalam keluarga tersebut selalu terjadi pertengkaran, karena Daraji tidak diinginkan bekerja pada Amerika, “Namun, Daraji tetap mengabaikan keinginan keluarganya,” lanjut Muhsin.
Anak dan keponakan Daraji ditangkap setelah mereka melakukan penyerangan itu. Keduanya mengaku anggota kelompok Al-Qaida yang menyaksikan pembunuhan. Saat ini, kata Muhsin, pihaknya sedang mencari anak kedua Daraji yang diduga menjadi kaki tangan pembunuhan tersebut.
Orang Irak yang bekerja untuk militer Amerika telah menjadi target kekerasan kelompok tertentu. Sebab, mereka dipandang sebagai penghianat dan kaki tangan bagi negara yang dianggap penjajah itu.