Jumat 02 Jul 2010 06:09 WIB

Kenaikan TDL Berikan Sinyal Mahalnya Harga Energi

Rep: Yasmina Hasni/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dilakukan pemerintah untuk memberikan sinyal yang lebih jernih tentang harga energi ke masyarakat mampu. Kenaikan TDL, adalah sinyal dari energi. Artinya, masyarakat perlu mengetahui bahwa energi itu mahal.

''Kalau harga makin mahal orang itu akan lebih konservatif,'' ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Darwin Zahedy Saleh usai rapat listrik di Istana Wakil Presiden, Kamis (1/7).

Mulai Kamis ini, TDL rata-rata naik 10 persen. Pelanggan rumah tangga berdaya 1.300-5.500 VA ditimpa kenaikan listrik tertinggi, bahkan mencapai 18 persen. Darwin kemudian menjelaskan bahwa yang menjadi persoalan yakni komitmen pemerintah untuk terus memberikan subsidi bagi pihak yang sangat memerlukannya. “Itu jelas, pemerintah manapun apalagi pemerintah Indonesia yang mempunyai program prorakyat, itu (pemberian subsidi) ada di dalam menjaga keseimbangan di satu pihak,'' katanya.

Bahkan, menurut Darwin, kenaikan ini termasuk dalam langkah menjaga iklim yang kondusif agar kegiatan investasi bisa terus berjalan.

Darwin kemudian menjelaskan pernyataannya tersebut. Subsidi listirik dari dana pemerintah sebesar Rp 55,1 triliun, dan memang digelontorkan untuk pihak yang paling membutuhkan. Ia melanjutkan, penikmat subsidi terbesar adalah golongan rumah tangga yang menggunakan listrik berdaya 450 V, kemudian penikmat subsidi lainnya adalah golongan industri yang sangat besar. “Total subsidi Rp 13 triliun, tapi nanti angkanya di-cek lagi, bukan golonagn rumah tangga 900 V tapi golongan industri besar,” katanya.

Kebijakan pemberian subsidi untuk industri besar tersebut, kata Darwin, argumennya karena industri macam itu memberikan lapangan pekerjaan. Industri besar pun, lanjutnya, menghasilkan barang yang akhinya dibeli oleh konsumen.

Namun demikian, kata Darwin, pemerintah akan meninjau ulang terkait subsidi bagi industri besar tersebut. Pasalnya, jumlah subsidi yang dikeluarkan cukup besar sekitar Rp 9 triliun. “Nanti kita lihat apakah tetap atau tidak, apakah dikurangi untuk program prorakyat lainnya,” katanya.

Di samping itu, kenaikan TDL juga terpengaruh dari harga dasar energi, atau harga dasar listrik yang tersedia dari komponen-komponen pembentuknya, yaitu gas, BBM, dan sebagainya. ''Ada pula komponen dari aspek manajerial kerja. Biaya pokok industrinya sudah pasti akan terus meningkat. Kecuali kemudian diubah komposisi baurannya,'' jelasnya.

Darwin juga menjelaskan, jika dibandingkan dengan negara lain, TDL Indonesia termasuk dalam kategori murah, dibandingkan negara lain seperti Filipina, Thailand, dan Malaysia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement