REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy mengatakan rivalitas antara Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Radjasa menuju kursi Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2014 sudah mulai terlihat.
"Hal ini terlihat dari ramainya tarik-menarik antara ormas dan parpol yang tidak lolos persyaratan "parliamentary threshold" pada pemilu 2009 yang diinisiasi oleh Partai Golkar (PG) dan Partai Amanat Nasional (PAN) pada sepekan terakhir," kata Romahurmuziy melalui surat elektronik (email), Ahad (4/7).
Romahurmuziy menjelaskan, rivalitas antara Aburizal Bakrie dan Hatta Radjasa memanfaatkan momentum karena menjelang berakhirnya kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014 belum ada figur dari internal Partai Demokrat yang dinominasikan oleh Presiden Yudhoyono.
Menurut dia, munculnya rivalitas seperti ini tidak terhindarkan dan merupakan konsekuensi demokrasi. "Presiden Yudhoyono sering membuat keputusan strategis pada menit-menit terakhir, sehingga momentum tersebut dimanfaatkan oleh figur lain," kata Romy, panggilan akrab Romahurmuziy.
Sekretaris Fraksi PPP DPR ini memperkirakan, momentum rivalitas Aburizal dan Hatta Radjasa ini masih akan banyak menyimpan manuver mengingat waktu menuju pemilu Presiden tahun 2014 masih lama.
Sebagai pemimpin yang sangat peduli terhadap pencitraan diri, kata dia, keputusan pada menit-menit terakhir akan sangat dipengaruhi hasil survei elektabilitas berkala para pemimpin nasional yang sampai saat ini masih terus dilakukan.
"Jika hal ini tidak segera diantisipasi dengan baik,maka rivalitas seperti ini berpotensi mendepopularisasi sekaligus mendiselektabilisasi Partai Demokrat pada pemilu 2014," katanya.
Anggota Komisi VII DPR ini menambahkan, gerakan merekrut partai-partai yang tidak lolos persyaratan "parliamentary threshold" pada Pemilu 2009 akan diikuti dengan upaya yuridis sehingga mempersulit partai-partai yang baru lahir untuk mengikuti Pemilu 2014.
Menurut dia, pertanyaan akan muncul, apakah rekrutmen partai-partai kecil ini merupakan upaya yang sehat dan sah? Jawabannya, kata Romy, realitas politik bukan melulu soal sehat dan sah, tapi soal mungkin atau tidak berdasarkan perimbangan suara kursi di parlemen yang menopang lahirnya sebuah undang-undang.