Selasa 13 Jul 2010 09:06 WIB

Pemakaman di Cisarua Merupakan Wasiat Almarhum Idham Chalid

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemakaman jenazah ulama besar Kiai Idham Chalid di Bogor merupakan wasiat yang dititipkan dia semasa hidupnya pada keluarganya.

"Kiai Idham sebetulnya akan dimakamkan oleh negara di Taman Makam Pahlawan di Kalibata, Jakarta Selatan. Namun karena wasiat ayah agar pemakaman dilakukan di Cisarua Bogor, pihak keluarga pun mengikuti apa yang diwasiatkan," kata Saeful Hadi, salah seorang putra ulama besar Nahdlatul Ulama (NU)dan tokoh bangsa itu.

"Kami mewakili keluarga besar KH.Idham Chalid menitipkan makam almarhum kepada warga Bogor," kata Saiful Hadi, yang juga Direktur Pemberitaan Perum Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA itu.

Keluarga Kiai Idham mengelola dua lembaga pendidikan yaitu Perguruan Darul Ma'arif di Cipete Jakarta dan Perguruan Darul Qur'an di Cisarua, Kabupaten Bogor.

Perguruan Darul Ma'arif di Jakarta merupakan tempat kediaman Idham semasa hidup di Jakarta. Sedangkan Perguruan Darul Qur'an menjadi lokasi pemakaman jenazahnya.

Kendati Perguruan Darul Qur'an yang menjadi lokasi pemakaman Kiai Idham Chalid milik keluarga, lokasi makam akan terasa jauh dari keluarga. Keluarga Kiai Idham sebagian besar tinggal di Jakarta dan Kalimantan Selatan (Kalsel).

"Kami titip makam ayah kepada warga Bogor. Terutama kepada teman-teman NU Bogor, kami berharap bantuan untuk sama-sama merawat makam ayah," ujar Saiful.

Harapan pihak keluarga Kiai Idham ke warga "Nahdliyyin" atau sebutan untuk warga NU Bogor terbilang sangat beralasan. Kiai Idham merupakan salah seorang ulama besar yang sangat dihormati NU dan bangsa Indonesia.

Sebagian besar waktu hidup Idham "diwakafkan" untuk membesarkan NU. Di ormas yang didirikan para ulama tersebut, Idham mengemban jabatan sebagai Ketua Umum PBNU selama 28 tahun.

Masa yang panjang tersebut belum termasuk dengan masa pengabdian Idham sebelumnya yaitu sebagai ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif PBNU 1952-1956.

Setelah tidak menjabat ketua umum PBNU, Idham masih tetap mengabdi di NU melalui "Jamiyyah ahlit thoriqoh al-mu'tabaroh an-Nahdliyyah (Jatman) yang ia pimpin hingga sekitar tahun 1999.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement