REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Masyarakat diminta tidak perlu khawatir akan kebutuhan beras nasional. Pasalnya pemerintah mencatat stok beras nasional sampai kini masih 1,8 juta ton. "Kebutuhan 1,8 juta ton ini cukup sampai dengan 7,3 bulan," ujar Dirut Perum Bulog Soetarto Alimoeso, usai Rakor Ketahanan Pangan di Kantor Menko Perekonomian, Rabu (14/7) malam.
Menurut Soetarto, besarnya stok beras nasional tidak terlepas dari kondisi iklim yang mendukung. Musim penghujan yang tidak mundur tanpa disertai musim kemarau berkepanjangan membuat penyerapan dari petani cukup baik. Bahkan target penyerapan sampai dengan akhir tahun diharapkan mencapai 2,4 juta ton.
Meski demikian, kata Soetarto, pemerintah tetap mewaspadai terjadinya lonjakan kenaikan harga. "Cadangan beras kita masih ada 500 ribu ton. Kalau terjadi gejolak harga bisa langsung kita keluarkan," ujar Soetarto.
Dijelaskan oleh Soetarto, pemerintah kini telah mengubah kebijakan operasi pasar. Sebelumnya operasi pasar baru bisa dilakukan jika ada kenaikan beras mencapai 25 persen. Namun saat ini operasi pasar bisa dilakukan jika memang ada tren harga yang naik secara berkelanjutan tanpa menunggu angka kenaikan sebesar itu. "Sekarang ini kenaikannya masih di bawah 10 persen. Tapi kalau dinilai itu mengkhawatirkan tren itu naik kita bisa lakukan langsung operasi pasar ," katanya.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa menambahkan, kebijakan operasi pasar akan langsung diserahkan kepada Bulog. "Tidak perlu ada lagi menunggu sampai beberapa persen kenaikan, kalau sudah ada tren yang mengkhawatirkan bisa langsung dilakukan operasi pasar," terangnya.