Kamis 22 Jul 2010 23:38 WIB

Presiden: Waspadai Situasi Laut Cina Selatan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, Indonesia terus mewaspadai situasi keamanan di sekitar Laut Cina Selatan yang sering dijadikan sengketa oleh beberapa negara di kawasan itu. "Antara sepuluh sampai dua puluh tahun terakhir memang relatif stabil, tapi wilayah itu adalah salah satu sumber konflik," kata Presiden Yudhoyono dalam pengantar Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/7).

Presiden menjelaskan, kawasan itu sempat diklaim oleh enam negara, yaitu Cina, Taiwan, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Brunei Darussalam. Menurut Kepala Negara, konflik di kawasan itu akan berpengaruh pada kondisi keamanan dan ekonomi karena wilayah itu adalah salah satu jalur lalu lintas ekonomi internasional.

Secara khusus, Indonesia juga akan terganggu jika terjadi gejolak di wilayah tersebut karena aktivitas impor dan ekspor Indonesia sering melewati jalur tersebut.  "Kawasan itu dekat dengan Zona Ekonomi Ekslusif kita," kata Presiden

Bukan hanya ekonomi, dari segi keamanan, Indonesia pun terganggu bila terjadi konflik tersebut. Secara geografis letak Indonesia juga berbatasan langsung dengan negara-negara yang pernah terlibat sengketa.

Presiden telah memberikan arahan kepada Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, yang sedang mengikuti forum regional di Hanoi. Dalam arahannya, Presiden meminta Indonesia menyuarakan bahwa tidak boleh ada dominasi satu negara dalam wilayah sengketa.

Selain itu, Indonesia mendukung usaha setiap negara yang berniat menjaga perdamaian di kawasan. Semua pihak, pesan presiden, harus mendahulukan pendekatan damai dalam menyelesaikan konflik.

sumber : Ant
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement