REPUBLIKA.CO.ID,BAGHDAD--Enambelas orang, termasuk sembilan aparat keamanan, tewas dan 14 lain cedera Kamis dalam serangkaian serangan di daerah Sunni Baghdad, Al-Adhamiyah, kata kementerian dalam negeri.Penyerang membakar mayat tiga prajurit di Al-Adhamiyah setelah menembak mati mereka, menurut kementerian tersebut.
Tiga serangan bom rakitan di sejumlah rute menuju lokasi penembakan itu menewaskan 13 orang, termasuk tiga prajurit dan tiga polisi, dan melukai 14 orang, yang mencakup tujuh polisi dan dua anggota pertahanan sipil, katanya.Kementerian itu menambahkan, semua serangan tersebut terjadi dalam kurun waktu 15 menit.
Juga Kamis, tiga prajurit tewas dan 12 orang cedera ketika gerilyawan meledakkan bom mobil di dekat pangkalan militer di Al-Sharqat, 300 kilometer sebelah utara Baghdad di provinsi Salaheddin, kata seorang polisi.Di bekas pangkalan gerilya Fallujah, sebelah barat Baghdad, satu prajurit tewas dan lima orang cedera, termasuk tiga prajurit, akibat ledakan bom di sepeda-motor yang diparkir di dekat pos pemeriksaan militer, kata seorang perwira militer.
Ia menambahkan, lima orang lain cedera, termasuk tiga polisi, dalam ledakan bom pinggir jalan yang ditujukan pada sebuah pos pemeriksaan lain di Fallujah. Dalam insiden lain, sebuah bom yang ditujukan pada konvoi kepala kepolisian dari Al-Qayar, 50 kilometer dari kota Mosul, Irak utara, menewaskan satu polisi dan mencederai dua orang, kata polisi Mosul.
Mosul tetap menjadi ajang kegiatan gerilya meski tingkat kekerasan menurun di daerah-daerah lain Irak.
Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, lebih dari empat bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.
Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP. Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.
Kekerasan di Irak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, kemudian menurun tajam, dan serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinya peningkatan. Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.
Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.
Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.
Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan. Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.