REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebuah riset terbaru di Inggris menemukan fakta bahwa laki-laik ternyata lebih pantas menjadi bos dari pada perempuan. Bos perempuan, menurut para responden dalam jajak sebagaimana dikutip Mailonline, lebih temperamental dan selalu terjebak dalam politik kantor yang sebenarnya sepele.
Tindakan mereka sangat dipengaruhi oleh hormon, tidak bisa menanggalkan urusan pribadi, dan senang menggosipkan anak buah. Intinya, bekerja di bawah pimpinan seorang bos perempuan adalah mimpi buruk. Itu kesimpulan jajak pendapat itu yang respondennya perempuan maupun laki-laki.
Dua pertiga dari responden perempuan lebih suka bekerja untuk bos pria ketimbang bos perempuan, karena mereka berbicara dan bertindak to the point, sehingga lebih mudah menghadapinya. Bos pria juga tampaknya tidak memiliki agenda tersembunyi, perubahan mood yang tidak terduga, atau terlibat dalam politik kantor.
Jajak pendapat itu melibatkan 3.000 responden baik pria maupun perempuan dan tiga perempat responden pria cenderung memilih bekerja untuk bos laki-laki. Seperempat responden perempuan menuduh bos perempuan suka menusuk dari belakang dan membawa persoalan pribadi ke tempat kerja. Sepertiga dari para responden mengungkapkan bahwa perempuan yang berkuasa cenderung 'hilang kendali' dan selalu merasa terancam oleh rekan kerja mereka.
''Luar biasanya, baik pria maupun perempuan sangat sepakat bahwa pria lebih pantas menjadi bos, 63 persen perempuan dan 75 persen pria berpendapat sama,'' kata David Brown, dari perusahaan perekrutan tenaga kerja secara online di Inggris, www.UKJobs.net, yang melaksanakan jajak pendapat itu.
''Ini mengindikasikan bahwa meski perempuan lebih bisa berkembang dalam peran manajemen, sebagian kurang menguasai kunci untuk menjadi bos yang baik,'' ujar Brown lebih lanjut. ''Tak ada yang menilai perempuan tidak cukup cerdas untuk menduduki posisi senior, tetapi mungkin beberapa orang perlu membuka diri agar lebih bisa diakrabi dan mengurangi persaingan.''
15 persen reponden yang ditanyai mengatakan bos perempuan mempunyai mulut yang pedas dan sepertiga lagi mengakui 'jadwal bulanan' bos perempuan sangat dipengaruhi mood. Penilaian negatif lain misalnya bos perempuan suka 'geng-gengan', terlalu suka mencari persaingan, dan menghabiskan banyak waktu hanya untuk memikirkan penampilan mereka.
Empat puluh persen responden mengatakan bos laki-laki lebih mampu menjaga jarak dari politik kantor dan 14 persen berpendapat bos pria berpikir lebih logis dari perempuan. Di lain sisi mereka yang lebih menginginkan pemimpin perempuan mengatakan alasannya karena perempuan lebih mudah diakrabi, bersahabat, dan mengerti kapan para pekerjanya membutuhkan waktu kosong untuk merawat anak. ''Jangan lupa bahwa sepertiga dari responden lebih menginginkan perempuan sebagai bos mereka,'' tambah Brown.
Jajak pendapat itu melibatkan responden yang rata-rata pernah bekerja untuk dua bos perempuan dan tiga bos pria. Sepertiga responden pernah meninggalkan pekerjaan mereka karena tidak suka dengan pemimpin dan dari jumlah itu, mayoritas perempuan mengungkapkan mereka mengundurkan diri karena bermasalah dengan manajer perempuan.