REPUBLIKA.CO.ID,TAIPEI--Semakin dekatnya kontak antara mantan para jenderal Taiwan dan pemerintah Cina memicu keprihatinan di Washington, pemasok senjata terbesar pulau itu, kata media dan seorang pejabat Senin.Mantan para jenderal itu mulai mengunjungi Cina beberapa tahun lalu, namun dengan makin membaiknya hubungan Taiwan dengan dratan sejak 2008, kunjungan-kunjungan itu menjadi semakin sering dan mereka itu menarik perhatian AS, kata harian China Times yang berpusat di Taipei. "AS telah menyuarakan keprihatinan kepada (duta besaer de facto Taiwan) Jason Yuan dan menyatakan harapan bahwa Taiwan bisa menjelaskan mengenai hal itu," kata surat kabar itu, tanpa menyebut sumber.
Dikatakan bahwa Washington sangat cemas jika kontak-kontak seperti itu mungkin akan membahayakan proyek-proyek kerja sama militer jangka lama dengan Taiwan. Washington juga menyatakan heran jika kunjungan-kunjungan itu menandai dimulainya pembicaraan-pembicaraan mengenai pertukaran militer, dan pembentukan langkah-langkah membangun kepercayaan antara dua bekas musuh lintas-Selat itu, katanya.
"Hal itu tak bisa dipahami jika suara-suara keprihatinan AS seperti itu, diberikan kepada pesat membaiknya hubungan-hubungan antara Taipei dan Beijing," kata Chen Wen-Yi, wakil ketua bagian Amerika Utara pada kementerian luar negeri, kepada AFP.
Namun dia mengatakan, kecemasan-kecemasan seperti itu tidak perlu karena kunjungan tersebut tidak diwenangkan oleh pemerintah. Beijing masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang sedang menunggu penyatuan kembali, bahkan dengan kekerasan bila perlu, meskipun pulau itu telah diperintah sendiri sejak berakhirnya perang sipil pada 1949.
Menskipun menggarisbawahi ketegangan, namun hubungan-hubungan mereka telah membaik ditandai sejak 2008, ketika Ma Ying-jeou dari partai Kuomintang yang bersahabat dengan Cina menjadi presiden. Ma berjanji akan mendorong hubungan perdagangan dan mengizinkan lebih banyak turis Cina berkunjung ke pulau itu.