Rabu 01 Sep 2010 04:25 WIB

Partai Islam Kurang Progresif Menjadi Kanibal

Rep: kim/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Partai berhaluan Islam yang tidak melakukan perubahan progresif dan selalu mengeksploitasi sentimen keagamaan, cenderung akan bersifat kanibal. Mereka hanya bergantung pada captive market yang sama dengan partai Islam lain, sehingga saling berebut. Akibatnya, akan terus kehilangan pemilihnya.

"Sentimen keagamaan ternyata tidaklah membawa nilai elektoral besar," ujar Peneliti dari Lembaga Survei Indonesia, Burhanudin Muhtadi, dalam diskusi yang digelar Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepsi) di Hotel Atlet Century Jakarta, Selasa (31/08). Berdasarkan pengalaman pemilu tahun 2009, membawa bendera agama tidak bersifat efektif, faktor keberpihakan pada kesejahteraan rakyat dan isu-isu ekonomi justru menjadi preferensi pemilih.

Dalam kajiannya, Burhanudin menilai ada tiga faktor penting yang membuat partai Islam cenderung termundurkan, bahkan melakukan kanibalisasi. Pertama, partai nasionalis berhasil melakukan reposisi diri dari partai nasionalis menjadi partai yang akomodatif dan aspirtatif dalam agenda umat.

Mereka mencoba merangkul pemilih-pemilih Islam. "SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) makin lama makin Islamis, membentuk Majelis Nurul Salam, PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) mendirikan Baitul Muslimin Indonesia," ujarnya. Perubahan inilah yang membuat banyak pemilih dari Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah justru lari ke Partai Demokrat.

Kedua, kemampuan pencitraan partai nasionalis, untuk dipercaya publik sebagai partai yang peduli pada program kesejahteraan rakyat. Dari hasil survei yang dilakukan lembaga tempat Burhanudin bernaung, ditunjukan bahwa mereka yang memilih partai karena mewakili kelompok islam hanya sedikit. Partai jauh lebih dipilih jika berhasil peduli pada kesejahteraan rakyat, kemampuan mewakili kepentingan masyarakat, dan pemberantasan korupsi.

Kemudian ketiga, adanya krisi kepemimpinan umat. "Partai Islam kurang mampu menjual pemimpin-pemimpin yang memiliki magnet yang cukup kuat untuk menarik pemilih," kata Burhanudin. Pada pemilu 2009, tokoh yang muncul seperti SBY atau Megawati tidak bisa dikalahkan oleh tokoh yang diusung oleh partai Islam.

Berdasarkan tiga faktor tersebut, Burhanudin menyarankan, partai Islam untuk keluar dari captive market-nya dengan merambah konstituen baru. Partai Islam harus mampu mengeksplorasi dan menawarkan program-program kesejahteraan rakyat yang lebih terukur. "Tidak lagi mengandalkan retorika yang menguatkan sentimen keagamaan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement