REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING - - Warga desa di Cina timur, telah dipaksa oleh aturan negara yang kaku untuk mengubah nama keluarga mereka. Pasalnya, nama keluarga mereka tidak bisa diketik menggunakan program komputer yang masih memiliki kekurangan karakter huruf Cina.
Masalah itu kini harus dialami sekitar 200 orang di sebuah desa di Provinsi Shandong yang memiliki nama keluarga Shan. Sebelumnya,penduduk tidak masalah ketika kartu identitas, SIM dan dokumen lainnya dicetak dengan tulisan tangan. Namun, saat ini nama mereka harus dicetak menggunakan komputer dan nama mereka yang tidak biasa itu tidak terdapat dalam program pengolah huruf standar.
"Tidak ada yang ingin melakukannya, tapi dalam keadaan kita tidak punya pilihan," kata Xian Xuexin, salah seorang saat diwawancarai stasiun televisi pemerintah, Rabu (1/9).
Sejak tahun 2003, anak-anak yang lahir di desa tersebut telah terdaftar dengan nama keluarga Xian, bukan Shan. Warga desa yang lebih tua khawatir bahwa anak-anak dan cucu mereka akan kehilangan bagian terpenting dari warisan yang akan diberikan kepada mereka.
Di Cina, terdapat sekitar 100 keluarga seperti Wang, Chen, Li dan Liu. Namun, ada beberapa nama yang tidak biasa, seperti Tong dan Cun.
Shuyan Zhang, seorang peneliti dan ahli bahasa di Kementerian pendidikan Cina, mengatakan, semua nama keluarga Cina layak dilindungi sebagai bagian dari warisan budaya negara itu. "Mereka mewujudkan begitu banyak sejarah, jika mereka berubah, sejarah orang-orang akan hilang," katanya kepada televisi pemerintah.
Masalah ini telah menyebabkan perdebatan yang sengit di beberapa media on line sejak pertama kali dilaporkan bulan lalu. Kebanyakan orang mendukung nama-nama orisinil milik seperti warga di desa tersebut.
"Ini tidak boleh diubah, ini adalah karakter Cina," tulis Ping Yi di halaman portal Cina terpopuler, www.baidu.com. "Mengapa mereka tidak merubah program komputernya?" kata Zhang Zhen, di salah satu media on line Cina.