REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Pemimpin lintas agama Amerika Serikat menyesali kian meningkatnya sentimen anti-Islam di negaranya, termasuk rencana pembakar Alquran yang dilakukan Gereja Evangelis di Florida pada 11 September. Pemimpin agama Kristen, Islam, dan Yahudi itu mencela rasa fanatik yang membenci umat Islam di Amerika dan kesalahan informasi yang terjadi di masyarakat.
Pemimpin agama yang mengungkapkan keprihatinannya itu termasuk Uskup Agung Katolik Roma di Washington, Kardinal Theodore McCarrick dan Pimpinan Dewan Nasional Gereja-gereja, Dr Michael Kinnamon. Mereka mengkhawatirkan gerakan anti-Islam yang kian santer dan terkejut dengan tindakan tak terpuji untuk membakar Alquran.
''Menyerang agama di Amerika Serikat sama saja dengan menyerang kebebasan beragama dari seluruh warga Amerika,'' kata para pemuka agama itu. Ikut serta pula, Rabbi David Saperstein, Ketua Uni untuk Reformasi Yahudi, dan Rabbi Julie Schonfeld dari Asosiasi Konservatif Rabbi. ''Pembakaran salinan Alquran ini merupakan ancaman paling mengerikan terhadap nilai-nilai kesopanan dalam kehidupan publik.''
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, PJ Crowley, menganggap rencana membakar Alquran itu sebagai perbuatan yang tidak mencerminkan nilai-nilai Amerika. Para pemimpin agama itu juga menggelar pertemuan dengan Jaksa Agung Amerika, Eric Holder.
Dr Ingrid Mattson, Presiden Masyarakat Islam Amerika Utara yang ikut memfasilitasi pertemuan tokoh lintas agama itu, mengungkapkan Muslim di Amerika semakin khawatir dan terganggu dalam kehidupan sehari-hari akibat meningkatkan sentiman anti-Islam. ''Aku telah mendengar banyak Muslim Amerika mengatakan bahwa mereka tidak pernah merasa secemas saat ini,'' katanya.
Mattson meminta umat Muslim di negara-negara lain untuk menahan diri dan tidak menggunakan cara-cara kekerasan untuk menyikapi perbuatan sekelompok kecil kalangan radikal Kristen di Amerika Serikat. ''Mereka (kelompok radikal Kristen) tidak mewakili Amerika, mereka tidak mewakili Kristen atau Yudaisme,'' tegasnya.
Namun, para pemimpin agama itu tidak mau menyatakan sikapnya perihal rencana pembangunan Islamic Center di dekat ground zero.