Rabu 15 Sep 2010 06:08 WIB

Usai Lebaran, Harga Kebutuhan Pokok Perlahan Normal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional perlahan kembali normal meski sejumlah pasar masih sepi pembeli sebab warga pulang mudik. Hasil pantauan di Pasar Tradisional Palmerah, Jakarta Barat, Selasa siang (14/9), rata-rata harga kebutuhan pokok turun dari harga sebelum Lebaran.

''Harga kebutuhan pokok dibandingkan menjelang Lebaran dengan sesudah Lebaran bedanya sangat jauh, namun masih sepi pembeli,'' ujar Wagimin (55 tahun), salah seorang pedagang Pasar Palmerah, Selasa.

Wagimin memperkirakan, pembeli akan mulai ramai kembali minimal sepekan setelah Lebaran, di mana warga kembali beraktivitas di Jakarta.

Meski penurunan harga tidak begitu mencolok di Pasar Palmerah, namun yang paling drastis turunnya adalah sayuran seperti daun seledri dari Rp30 ribu/kg menjadi Rp20 ribu/kg. Cabe kriting dari Rp40 ribu/kg menjadi Rp30 ribu/kg, sedangkan bawang merah Rp19 ribu/kg menjadi Rp16 ribu/kg, dan tomat bulat Rp6 ribu/kg menjadi Rp5 ribu/kg.

Kemudian daging sapi sebelum Lebaran bisa mencapai Rp80 ribu/kg sampai Rp90 ribu/kg kini dijual seharga Rp65 ribu/kg sampai Rp 70 ribu/kg. Daging ayam tadinya Rp 35 ribu menjadi Rp 27-30 ribu/kg.

Namun untuk harga beras masih tinggi, yaitu beras merek Muncul I Rp6.700/kg, Muncul II Rp6.200/kg, Muncul III Rp5.800/kg, IR-64 Rp6.750/kg, IR-64 II Rp6.250/kg, IR-64 III Rp5.700/kg dan IR-42 Rp9.000/kg. Sedangkan jenis Cianjur Kepala Rp8.750/kg, Cianjur Slyp Rp8.000/kg, Setra Rp8.200/kg, dan Saigon Rp7.600/kg.

Harga gula pasir masih bertahan tinggi, yaitu gula pasir lokal Rp 10.000/kg, gula pasir impor Rp11.000/kg, minyak goreng curah stabil Rp9.000/kg, dan minyak goreng kemasan Rp10.000/liter.

Jika di Pasar Palmerah, sejumlah kebutuhan pokok masih relatif mahal, justru di Pasar Tradisional, Cipete, Jakarta Selatan, dan Pasar Tradisional Kabayoran Lama, Jakarta Barat, harga sayuran dan kebutun pokok lainnya turun secara drastis.

Salah seorang pedagang di Pasar Cipete, Jakarta selatan, Supono (65), mengatakan, Pasar Cipete terkenal dengan pasarnya para tengkulak, jadi mau tidak mau bila ada pembeli yang menawar dengan harga murah terpaksa dijual, meski untungnya sedikit yang penting bisa laku.

Sepinya pembeli juga menjadi alasan para pedagang menurunkan harga, karena dari pada dagangannya menumpuk dan membusuk lebih baik dijual dengan harga murah.

sumber : kominfo-newsroom
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement