REPUBLIKA.CO.ID,KABUL--Televisi Al Jazeera, Kamis menuduh NATO berusaha menekan liputan perangnnya di Afghanistan setelah menahan dua juru kameranya pekan ini. Jaringan televisi yang berpusat di Doha itu, yang mengecam NATO dan pemerintah Afghanistan, mengatakan dua warga Afghanistan ditahan sebagai bagian dari "usaha pimpinan ISAF untuk menekan liputan luasnya" tentang konflik itu.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) NATO awal pekan ini mereka "menangkap tersangka fasilitator media dan proganda Taliban. yang ikut mengambil gambar serangan-serangan dalam pemilu".
Al Jazeera menyebut nama wartawan-wartawan itu Mohammad Nader, yang ditangkap di provinsi Kandahar, Afghanistan selatan, Rabu dan Rhamatullah Nekzad, yang ditangkap Senin di provinsi Ghazni, selatan Kabul.
Jaringan televisi itu memberikan kepada AFP satu transkrip percakapan telepon dengan ISAF, di mana seorang juru bicara mengkonfirmasi penangkapan terhadap para juru kamera itu dan menuduh mereka memberikan "fasilitas propaganda" atas nama kelompok gerilyawan itu. Kedua provinsi itu, terutama Kandahar, adalah daerah-daerah rawan dalam aksi perlawanan Taliban yang telah berlangsung hampir sembilan tahun dalam usaha mengusir pasukan asing dan menjatuhkan pemerintah Presiden Hamid Karzai yang didukung Barat itu.
Gubernur Kandahar, Toryalai Wesa, mengkonfirmasikan penahanan Nader, mengemukakan kepada AFP: "Kami melakukan usaha terbaik kami untuk memperoleh pembebasannya secepat mungkin."
Al Jazeera menuduh ISAF, yang memiliki hampir 150.000 tentara di Afghanistan untuk memerangi aksi perlawanan, mentargetkan jaringan televisi itu dan mengancam stafnya d Afghanistan "untuk mengubah isi tajuk rencana".
Jaringan itu mengatakan pihaknya tetap pada sikapnya untuk meliput semua pihak dalam berita menyangkut Afghanistan termasuk Taliban, ISAF dan pemerintah Afghanistan. Al Jazeera mengatakan ISAF menuduh kedua juru kamera itu bekerjasama dengan gerilyawan untuk menyebarkan propaganda Taliban dan mengintimidasi rakyat Afghanistan. "Pihak gerilyawan menggunakan propaganda, sering melalui organisasi-organisasi media sebagai satu jalan utuk mempengaruhi dan dalam banyak kasus mengintimidasi penduduk Afghanistan," katanya mengutip tuduhan-tuduhan ISAF.
Al Jazeera "membantah keras tuduhan-tuduhan itu dan menegaskan kedua orang itu tidak bersalah," kata pernyataan itu, dan menyerukan pembebasan mereka segera. Koresponden Afghansitan jaringan televisi itu Sue Turton mengatakan sebagian besar wartawan Afghanistan yang bekerja untuk Al Jazeera khawatir akan ditahan. "Delapan puluh persen dari stringer atau setiap stringer yang bertugas di daerah berbahaya kini meninggalkan lokasi-lokasi liputan mereka karena khawatir akan ditangkap oleh pasukan keamanan," katanya kepada AFP.
Wartawan Tanpa Perbatasan (RSF) , pengawas kebebasan media, mengatakan seorang wartawan Afghanistan lainnya yang bekerja untuk Radio Televisi Afghanistan ditahan 18 September, pada hari yang sama saat pemilihan parlemen dilaksanakan. "Hojatullah Mujadadi, manajer stasiun radio dan ketua perhimpunan wartawan, ditangkap polisi di lembah Kapisa," kata RSF di laman interetnya.
"Dalam tiga kasus itu, para wartawan yang bertugas di provinsi-provinsi sulit diperlakukan seperti para penjahat yang berbahaya," kata RSF. "Kami mendesak Presiden Hamid Karzai turun tangan untuk menjamin kesalahan-kesalahan penting tidak dilakukan lagi."
Pusat informasi media pemerintah dan kantor presiden tidak dapat segera dihubungi untuk diminta komentar. Mohammad Sharif Hakimzada, pejabat guberur provinsi Kapisa mengemukakan kepada AFP bahwa para agen inteljen melakukan penangkapan "atas perindah markas besar mereka di Kabul".
Asosiasi Wartawan Provinsi Utara, yang mewakili wartwan yang bekerja di provinsi-provinsi Parwan, Kapisa dan Panjshir menuntut pihak berwenang memberikan informasi tentang di mana Mujadadin ditahan. Ahmad Hanayesh, seorang pengurus asosiasi itu, menyebut penahanan terhadap Mujadadi sebagai "ancaman serius" terhadap kebebasan pers di Afghanistan.