Jumat 01 Oct 2010 01:57 WIB

Dilantik Jadi Panglima TNI, Keluarga Ingin Agus Suhartono Tetap Randah Hati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengangkatan Laksamana TNI Agus Suhartono sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjadi kebanggan bagi masyarakat Jatim, khususnya Blitar, yang merupakan kampung halaman Agus. Menanggapi tugas yang berikan kepada Agus Suhartono itu, pihak keluarga berharap dia tetap rendah hati. "Kami merasa bangga dengan pengangkatan tersebut. Kami tidak menyangka, karena menjadi KSAL saja kami nilai jabatan yang tinggi," kata," kata Sri Hartini (57), kakak kandung Agus.

Ditemui di rumahnya, Jalan Mayang Tengah RT I/ RW VI, Kelurahan/Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, Sri mengatakan, sebelum ada kepastian, keluarga mendapat pesan bahwa adiknya itu menjadi calon kuat Panglima TNI. Kabar itu semakin kuat ketika Agus menjalani uji kelayakan dan kepatutan di DPR sebagai calon Panglima TNI yang diajukan Presiden, Kamis (23/9).

"Kami sebagai keluarga berharap, ia tetap menjadi sosok yang rendah hati dan mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya," kata mantan pegawai Pemerintah Kota Blitar menanggapi tugas Agus yang menggantikan Jenderal TNI Djoko Santoso.

Sri mengungkapkan, sejak kecil adiknya tersebut memang sudah nampak mempunyai kelebihan. Selain pandai, ia juga mempunyai karakter disiplin yang tinggi, dan bertanggung jawab.

Ia menuturkan, didikan untuk disiplin dan bertanggung jawab tersebut ditanamkan sejak kecil oleh keluarga. Ayah mereka, Mangundipura, yang merupakan pegawai Pegadaian sering berpidah tugas, sehingga antara anggota keluarga satu dengan lainya harus rukun.

Terlebih lagi, jumlah anggota yang mencapai sepuluh orang juga menuntut terjadinya keakraban di antara mereka.

Keakraban dan kerukunan tersebut tercermin dengan saling membantu, termasuk menyekolahkan adiknya bagi anggota keluarga yang sudah bekerja. Agus, kata Sri, tidak terlihat mempunyai cita-cita menjadi seorang anggota tentara. Hanya saja, memang ada kakaknya nomor lima, yaitu Soewadji (alm) yang terlebih dahulu terjun di angkatan laut.

"Dia langsung masuk Akabri usai lulus SMA, dan alhamdulillah diterima," tuturnya mengungkapkan.

Di antara sepuluh saudara, kata Sri, ia memang cukup dekat dengan Agus. Kedekatan itu terbentuk karena saat itu ayahnya sedang dinas ke luar kota, yaitu di Klaten, Jawa Tengah.

Ia dengan ibunda, Masiyem, tinggal di rumah nenek, di Jalan Bakung Nomor 19 Kota Kediri. Selain ia dengan Agus, masih ada satu anggota keluarga lainya, yaitu Suprapto yang merupakan adik bungsu. Praktis, mereka tinggal berempat.

"Saat itu, ayah dinas di Klaten hingga pensiun tahun 1960. Di sela-sela itu, kami tinggal berempat di rumah nenek di Blitar, hingga bapak pensiun dan kembali ke Blitar," ujarnya.

Walaupun saat ini anggota keluarga sudah mempunyai kehidupan sendiri-sendiri dengan tempat yang jauh, Sri mengaku komunikasi di antara mereka tetap lancar.

Setiap tahun sekali, mereka selalu mengadakan pertemuan keluarga, termasuk ziarah ke makam kedua orang tua di tempat pemakaman umum (TPU) Sukorejo, Kota Blitar.

Sri mengatakan, untuk pendidikan, Agus cukup lancar. Ia sekolah dasar di SDN Sukorejo II Blitar, berlanjut ke SMPN I Blitar, dan melanjutkan ke SMAN I Blitar. Usai lulus SMAN I tahun 1974 ia langsung masuk Akabri (AAL) dan kariernya melejit hingga terpilih menjadi Panglima TNI.

sumber : Ant
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement