Selasa 05 Oct 2010 22:33 WIB

BI Intervensi Tekan Rupiah Jauhi Rp 8.900

Rupiah
Foto: Edwin/Republika
Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat pasar uang, Farial Anwar memperkirakan rupiah sulit untuk mencapai level Rp 8.900 per dolar, karena Bank Indonesia (BI) masuk pasar melakukan intervensi sehingga posisinya kembali menjauhi Rp 8.900 per dolar. BI khawatir apabila rupiah dibiarkan menguat mencapai Rp 8.900 per dolar, maka kenaikannya akan berlanjut mencapai angka Rp 8.800 per dolar, sehingga kalau ini terjadi maka para eksportir kesulitan untuk menetapkan harga jual produknya, katanya di Jakarta, Selasa (5/10).

Farial Anwar yang juga Direktur Currency Management Group ini mengatakan, koreksi terhadap rupiah pada saat ini dinilai wajar, setelah menguat mendekati Rp 8.900 per dolar. Meski demikian rupiah masih berpeluang untuk naik lagi untuk mencapai angka Rp8 .900 per dolar, ucapnya.

Farial Anwar mengatakan, pelaku asing akan kembali masuk pasar untuk membeli rupiah, setelah kinerja keuangan emiten keluar yang diperkirakan lebih baik dari sebelumnya. Apalagi faktor fundamental ekonomi makro Indonesia saat ini dinilai sangat baik, ujarnya.

Menurut dia, rupiah akan mendapat dukungan dari faktor eksternal, apabila data utama AS positif yang mendorong bursa New York meningkat, sehingga memicu rupiah kembali naik. Sedangkan dari faktor internal diperkirakan tidak ada masalah, karena data ekonomi Indonesia cukup positif, ucapnya.

Rupiah, lanjut dia juga mendapat dukungan positif dari analis bahwa ekonomi Indonesia akan dapat tumbuh 6,5 sampai tujuh persen lebih tinggi dari perkiraan pemerintah yang hanya 6,4 persen. Hal ini terjadi karena pemerintah mempercepat pencairan dana anggaran Pendapatan & Belanja Negara, yang didukung industri perbankan aktif menyalurkan kreditnya dan aliran dana asing yang terus terjadi, ucapnya.

Pelaku asing, menurutnya akan lebih aktif bermain di pasar, setelah industri perbankan kembali menaikkan suku bunganya, setelah aturan baru Bank Indonesia (BI) menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) dari lima persen menjadi delapan persen. "Kami memperkirakan pelaku asing saat ini menunggu aksi perbankan untuk segera menaikkan suku bunganya, " tandasnya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement