REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU--Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Riau meminta agar Dewan Pimpinan Daerah (DPD) untuk menindaklanjuti wacana Madrasah Internasional Kota Dumai. Karena, sebelumnya presiden sudah merekomendasikan Kota Dumai termasuk salah satu di antara lima daerah lainnya yang menjadi fokus pendirian sekolah Madrasah Internasional.
"Program Kemenag untuk mebangun madrasah Internasional di Dumai sudah berjalan sejak 2008 lalu, bahkan penandatanganan MoU pun telah dilaksanakan," ungkap Kakanwil Kemenag Riau, Drs H Asyari Nur SH MM, Selasa (5/10) pada Kunjungan Kerja (Kunker) Anggota Komite III DPD RI Masa Sidang I Tahun Sidang 2010 di Kanwil Kemenag Riau.
Menurut Asyari, madrasah bertaraf Internasional akan tersebar di beberapa daerah antara lain, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimatan Selatan, Sulawesi Selatan termasuk kota Dumai. Namun untuk kota Dumai dibatalkan oleh Menag, padahal pembangunan Madrasah tersebut sudah berjalan dengan anggaran yang habis sudah mencapai Rp 9 miliar.
Sekitar tahun 2008 lalu, wacana madrasah internasioal akan dikembangkan di seluruh tanah air. Madrasah ini memiliki ciri khas penggabungan antara ide pesantren dengan sekolah modern dengan sistem asrama. Dimana siswa diwajibkan tinggal di asrama untuk memperoleh kemampuan-kemampuan yang dipersyaratkan, seperti menguasai komunikasi nasional bahasa Indonesia, komunikasi internasional Islam bahasa Arab dan komunikasi global dalam bahasa Inggris.
Pada saat itu, diwacanakan di setiap provinsi sekurang-kurangnya ada satu MAN bertaraf Internasional. Tujuannya untuk mendidik anak-anak dari kabupaten-kota madya di provinsi itu untuk menjadi insan-insan yang berwawasan keagamaan, mengimplementasikan ajaran-ajaran Islam yang baik, bermoral tinggi dan intelektualitasnya bagus. Siswa-siswa yang masuk madrasah internasional diutamakan bukan karena latar belakang ekonomi dan latar belakang sosialnya, tapi potensi yang bersifat intelektualnya. Sehingga kesempatan terbuka untuk semua kalangan.