REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Merapatnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ke kubu pemerintah dinilai merupakan cermin dari pragmatisme partai politik di Indonesia. Ketua Lembaga Survei Indonesia, Burhanudin Muhtadi, pun menduga PDIP 'menjual' kasus-kasus beberapa kadernya yang saat ini sedang diburu oleh KPK demi mendapatkan kursi dalam kabinet.
"Kasus-kasus kader PDIP seperti cek pelawat, kemungkinan besar menjadi alat dagang," ujar Burhanudin saat dihubungi Republika, Ahad (17/10).
Selain itu, ia pun khawatir jika kasus Bank Century yang hingga saat ini belum ada kelanjutannya akan turut menjadi alat dagang partai politik di parlemen. Meski demikian, Burhanudin menduga PDIP memplot profesional untuk mengisi kursi kabinet tersebut.
Pasalnya, Burhanudin meyakini PDIP sendiri secara formal tidak akan mengubah sikap formalnya sebagai oposisi. Burhanudin pun memberi bocoran bahwa calon yang diplot oleh PDIP tersebut juga dekat dengan Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Sayangnya, Burhanudin enggan mengungkap siapa calon tersebut.
Lebih lanjut, Burhanudin mengatakan sinyal melunaknya PDIP sudah tampak dari beberapa peristiwa di DPR. Sebagai misal, tuturnya, fit and proper test Panglima TNI dan Kapolri yang dapat lolos dengan aklamasi.
Kemudian, ujarnya, pernyataan dari petinggi PDIP yang menolak usaha-usaha untuk penggulingan Presiden SBY. Namun, ia juga mengatakan sikap lunak tersebut juga merupakan kepentingan dari Partai Demokrat.
Bahkan, menurutnya, sejak dulu Presiden SBY dan Partai Demokrat lebih agresif mendekati PDIP demi kepentingannya dalam parlemen. Meski demikian, Burhanudin mengungkapkan PDIP masih akan tetap memainkan isu-isu populis demi menjaga pencitraannya di mata publik.
Menurutnya, isu-isu strategis seperti Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pancasila merupakan hal yang tetap menjadi senjata PDIP untuk kritis terhadap pemerintah. Ia pun mengatakan sikap oposisi masih akan terlihat di DPR dari para anggota koalisi sendiri. "Banyak sekali anggota koalisi yang bermain di dua kaki," tegasnya.