REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD--Pengaruh Amerika Serikat (AS) di Irak sangat jauh berkurang selama beberapa bulan terakhir. Anggota parlemen maupun para pemimpin politik Irak tidak lagi mengikuti nasehat pihak Washington untuk membentuk dan mengatur sebuah pemerintahan.
''Para politisi Irak tidak lagi menanggapi seruan AS seperti sebelum yang kami lakukan,” kata anggota parlemen Syiah Sami al-Askari, sekutu dekat Perdana Menteri Nouri al-Maliki, Kamis (21/10).
Sebaliknya, Irak akan memperkuat hubungan dengan negara-negara tetangga, terutama Iran. Sikap itu bertujuan untuk mempersiapkan masa depan Irak sendiri untuk menjadi sebuah negara yang mandiri.
Menurut anggota parlemen terkemuka Kurdi, Mahmoud Othman, bagaimanapun, Irak telah mendapat pengaruh yang sangat besar dari AS dengan kehadiran militernya. Namun, karena mereka yang sebentar lagi akan meninggalkan Irak dengan sejumlah masalah besar, pengaruh mereka sangat jauh berkurang.
Salah satu masalah yang ditinggalkan adalah, AS memecah belah kelompok-kelompok sekterian di Irak. Terutama memecah belah antara kelompok sekuler, Sunni, dan Syiah.