REPUBLIKA.CO.ID,BAGHDAD--Serangkaian ledakan bom menewaskan 76 orang dan melukai 200 orang di lingkungan Syiah di Baghdad Selasa malam. Peristiwa ini mempertanyakan sejauh mana kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi ibukota.
Ledakan terjadi hanya dua hari setelah orang bersenjata di Baghdad mengadakan sandera jemaat Kristen dalam pengepungan. Pengepungan ini berakhir dengan pertumpahan darah. Sekitar 58 orang tewas. Al Qaeda mengklaim mereka terlibat dalam pengepungan yang terjadi pada Ahad (31/10).
Pemboman dimulai sekitar pukul 18.15 waktu setempat. Bom meledak di 13 lingkungan. Serangan diarahkan terutama pada mayoritas penduduk Syiah, meskipun beberapa ledakan terjadi di lingkungan Sunni juga.
Ledakan paling mematikan terjadi ketika sebuah bom mobil yang diparkir meledak dekat sebuah pasar ternama di perkampungan kumuh Kota Sadr di Baghdad timur. Yang merupakan lingkungan bagi sekitar 2 juta penduduk Syiah. Serangan itu menewaskan 21 orang dan melukai 23 orang.
"Mereka mengatakan situasi terkendali. Tetapi kenyataannya tidak begitu,"kata Hussein al-Saied, penduduk di perkampungan kumuh, Kota Sadr di Baghdad.
Di sana, setidaknya 21 orang tewas ketika sebuah mobil yang diparkir meledak dekat sebuah pasar pada hari Selasa. "Kami hanya berdiri di jalan ketika kami mendengar ledakan dan kemudian melihat asap dan potongan mobil, jatuh dari langit," kata al-Saied. Orang-orang melarikan diri, mereka panik dan memanggil nama-nama kerabat mereka dan teman-teman.
Semua informasi mengenai korban ledakan berasal dari pejabat polisi dan rumah sakit. Bulan lalu,sebanyak 194 warga Irak meninggal dalam serangkaian ledakan bom.
Sementara itu, pada hari Selasa (2/11), seorang komandan polisi Irak, telah ditahan untuk dimintai keterangan sehubungan dengan serangan mematikan. Namun belum jelas, apakah komandan polisi Irak itu diyakini terlibat dalam serangan atau hanya lalai.