REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Bank Indonesia Yogyakarta tengah mengkaji program pemutihan kredit ternak yang dipinjam oleh para peternak korban letusan Gunung Merapi. "Saat ini Bank Indonesia Yogyakarta tengah mengumpulkan data jumlah ternak, debitur, sumber dana, dan ketersediaan dana untuk memutihkan kredit ternak yang mati akibat letusan Gunung Merapi," kata Pimpinan Kantor Bank Indonesia (BI) Yogyakarta Dewi Setyowati di Yogyakarta, Senin.
Ia mengatakan pihaknya juga telah memberikan imbauan kepada seluruh bank umum maupun bank perkreditan rakyat yang memberikan kredit bagi peternak untuk memutihkan utang, atau dalam istilah perbankan disebut hapus tagih. "Terutama untuk bank yang berstatus sebagai badan usaha milik negara, pemutihan kredit akibat bencana alam memiliki payung hukum Peraturan Menteri Keuangan No 4 Tahun 2010, sedangkan bagi bank swasta yang akan memutihkan kredit tersebut tentunya harus melalui persetujuan pemilik saham terlebih dahulu," katanya.
Selain itu, kata dia, bank pemberi kredit juga harus mempertimbangkan dampak pemutihan kredit ternak terhadap keseimbangan neraca keuangan mereka. "Jangan sampai dengan memberikan pemutihan kredit, bank tersebut justru terganggu operasionalnya, kalau memang tidak memberatkan, maka akan diputihkan," katanya.
Namun, kata dia, proses pendataan tersebut tidak akan berjalan mudah mengingat banyaknya ternak yang harus didata, selain itu beberapa bank di kawasan rawan bencana Merapi juga menghentikan operasionalnya untuk sementara waktu. "Pendataan baru mencapai 60 persen, masih akan diselidiki berapa ternak yang dibiayai bank umum dan berapa ternak yang dibiayai oleh bank perkreditan," katanya.
Ia mengatakan kondisi Gunung Merapi yang masih labil juga menyulitkan pihaknya untuk mengumpulkan data nasabah yang memiliki pinjaman kepada bank yang bersangkutan. "Nasabah masih banyak yang mengungsi, kami belum dapat memastikan kapan pengumpulan data tersebut akan selesai karena situasi belum benar-benar kondusif," katanya.