Kamis 11 Nov 2010 18:53 WIB

Obama Dipuji Sukses Dalam Lawatan ke Asia

Barack Obama dan SBY
Barack Obama dan SBY

REPUBLIKA.CO.ID, Kunjungan presiden AS Barack Obama ke Asia tetap menjadi sorotan dalam tajuk sejumlah harian internasional.  Dalam kunjungan ke India, presiden AS itu memberikan hadiah bagus bagi ambisi negara demokrasi terbesar di dunia tsb untuk lebih berperan di panggung politik internasional. Harian Luxemburg Luxemburger Wort terutama menyoroti kunjungan Barack Obama ke Indonesia.

Dalam tajuknya  harian ini lebih lanjut berkomentar : Samuel Huntington terutama menulis teori yang dianut banyak orang di negara barat, mengenai benturan kebudayaan antara barat dengan dunia Islam-Arab. Sebuah pola yang amat berbahaya, tapi ternyata bagi Indonesia samasekali tidak tepat. Sekitar 90 persen dari 294 juta penduduk Indonesia adalah umat Muslim, tetapi mereka tidak ke Arab-araban. Juga sama halnya jika kita melihat ke Albania dan Malaysia, dua negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Atau negara-negara Arab seperti Bahrain, Uni Emirat Arab dan Qatar ternyata tidak cocok dengan teori Huntington. Hal ini disebabkan dunia Islam yang amat kompleks dan beragam. Itu pula sebabnya, tidak ada satupun negara yang dengan gampang merebut posisi sebagai kekuatan pimpinan kaum Muslim.

Meskipun demikian, Indonesia yang menjadi negara dengan populasi keempat terbesar di dunia, sebagai negara yang berusaha menjadi adidaya ekonomi dan anggota G-20, memainkan peranannya yang istimewa. Yang patut disesalkan, sejauh ini baik AS maupun Uni Eropa belum memperluas hubungannya dengan Jakarta. Juga dalam tema ini, barat membiarkan Indonesia dirangkul oleh Cina sebagai negara adidaya baru.

Harian liberal kiri Hungaria Nepzabadsag juga mengomentari lawatan Obama ke Asia dikaitkan dengan pengaruh kekuatan baru di Asia. Harian yang terbit di Budapest ini dalam tajuknya menulis : Kecepatan menguatnya posisi politik Asia di tatanan dunia, khususnya bagi Cina dan India amat menakjubkan. Mulai bulan Januari tahun depan, kedua negara adidaya baru itu akan tampil bersama sebagai anggota Dewan Keamanan, yang merupakan lembaga tertinggi dan paling berkuasa di PBB. Sementara ini, Dana Moneter Internasional juga mulai menyelaraskan perimbangan kuotanya pada bobot negara-negara ambang industri tsb. Agar perdebatan yang kini semakin meningkat, misalnya mengenai konflik revaluasi mata uang Cina, juga dapat begulir. Dalam kunjungan ke kota Mumbai, India, Barack Obama yang memposisikan diri sebagai wisatawan bisnis menjalin kesepakatan perdagangan senilai 10 milyar Dolar. Amerika Serikat yang sedang berjuang menghadapi defisit perdagangan luar negeri amat besar, saat ini ibaratnya orang kelaparan yang memerlukan sekerat roti.

Terakhir harian independen Perancis Le Monde yang terbit di Paris dalam tajuknya berkomentar: Kunjungan Barack Obama ke India adalah manuver diplomasi yang amat riskan. Tapi setelah menuntaskan kunjunganya, presiden AS itu dipuji, ia telah berhasil mencapai target mendasarnya. Obama dengan bersemangat mendukung ambisi internasional India. Akan tetapi ia juga tidak melecehkan negara tetangga sekaligus musuh India, Pakistan yang merupakan mitra terpenting AS dalam konflik Afghanistan. Kunjungan ini tidak diragukan lagi memperbaiki kemitraan strategis antara AS dengan India, yang sebelumnya tidak dipandang serius oleh Obama. Hadiah paling bagus yang dibawa presiden AS itu ke New Delhi, adalah dukungannya bagi India sebagai kandidat anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

sumber : Detsche Welle
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement