REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Striker Ian Araneta menjadi bagian timnas Filipina ketika mereka menorehkan sejarah pahit di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 2002. Kini delapan tahun berlalu, dia ingin meraih sesuatu yang lebih positif di stadion yang meninggalkan kenangan pahit tersebut.
Araneta ingat benar ketika dia pertama kali tampil memperkuat Filipian di Piala AFF 2002. Usianya saat itu 20 tahun. Dia tampil di seluruh empat laga Filipina di SUGBK yang semuanya berakhir dengan kekalahan.
Titik nadir penampilan Filipina saat itu terjadi saat menghadapi Indonesia di laga terakhir grup. Tuan rumah saat itu membutuhkan kemenangan telak untuk mengamankan satu tiket di babak semifinal. Hasilnya adalah Filipina meregang dengan kekalahan 1-13 yang merupakan kekalahan terbesar sepanjang sejarah Piala AFF yang dulu bernama Piala Tiger.
''Itu merupakan hari yang sangat buruk bagi kami. Kekalahan itu sungguh memalukan,'' kenang Araneta yang saat itu baru turun di babak kedua ketika Filipina sudah tertinggal 0-9. ''Penonton bergemuruh memberikan dukungan untuk Indonesia yang membutuhkan minimal delapan gol untuk lolos ke semifinal.''
Araneta kini kembali ke SUGBK setelah delapan tahun berlalu. Menurut striker yang kini berusia 28 tahun itu, skuat Filipina kini berbeda seratus delapan puluh derajat. ''Saya merasa sangat bangga dan bahagia karean tim ini memiliki potensi untuk mengubah sepakbola di Filipina. Dan pastinya, kami tidak akan membiarkan Indonesia mencetak 13 gol lagi,'' katanya.