REPUBLIKA.CO.ID, HONOLULU, HAWAII--Presiden Barack Obama, Rabu (29/12), melangkahi Kongres dengan menempatkan duta besar pertama Amerika Serikat untuk Suriah untuk mengisi kevakuman selama hampir enam tahun. Ini merupakan bagian dari politik merangkul Timur Tengah-nya yang dikritik oleh penentang-penentangnya di partai Republik.
Obama mengambil langkah kontroversial melalui penunjukan Dubes Robert Ford dan lima pejabat lainnya. Penunjukan ini saat Kongres tidak bersidang. Biasanya, penunjukan dubes harus mendapat persetujuan Kongres.
Seorang pejabat senior pemerintah yang melakukan perjalanan dengan Obama dalam liburan di Hawaii membenarkan penunjukan pada waktu reses itu.
Obama selalu terbentur Kongres dalam penunjukan duta besar AS sebelumnya, seperti untuk Turki, Azerbaijan, dan Republik Cheko. Ia juga terbentur saat menuunjuk pejabat pemerintah lainnya.
AS menarik duta besarnya untuk Damaskus setelah mantan Perdana Menteri Lebanon, Rafiq Hariri, tewas pada Februari 2005 dalam aksi pengeboman. Suriah dituding berada di baliknya.
Obama mengumumkan keinginannya akan seeorang duta besar untuk Suriah pada 2009 dan menunjuk Ford pada Februari tahun ini, bagian dari kebijakannya untuk mencapai dan mempertahankan komunikasi terbuka meskipun dengan musuh-musuh AS.
Pemerintah melihat Suriah sebagai hubungan penting dalam upaya-upaya diplomatik untuk membicarakan perdamaian di Timur Tengah, dan juga berharap untuk meningkatkan kerja sama intelijen dengan negara itu.
Orang-orang Republik, yang menyapu kemenangan dalam pemilihan November lalu, tak berubah menentang penunjukan itu. Sementara tidak mempertanyakan kualifikasi Ford, mereka menyatakan bahwa AS sebaiknya tidak mempertahankan duta besar di sebuah negara yang mendukung gerakan Islam garis keras seperti Hizbullah Libanon.
Di antara penunjukan-penunjukan lainnya, Republik menentang pencalonan Francis Ricciardone untuk menjadi duta besar untuk Turki, mengatakan ia terlalu lunak untuk mendorong hak-hak demokratik dalam tugas sebelumnya sebagai dubes untuk Mesir.
Ford, yang mungkin akan segera ke Damaskus, adalah seorang diplomat veteran AS di dunia Arab. Ia telah bertugas sebagai duta besar untuk Aljazair dan memegang jabatan-jabatan tinggi di kedutaan besar AS di Baghdad.