REPUBLIKA.CO.ID,BEJI--Partai yang berlandaskan Islam di Indonesia cenderung naik di awal dan turun di belakang. Hal ini diungkapkan oleh Mantan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi, seusai Konferensi Pers yang ia adakan terkait pembangunan Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an di Pesantren Al-Hikam, Beji, Depok pada hari Selasa (4/1) pukul 14.00.
Menurutnya, Partai Agama Indonesia mempunyai pendukung yang cukup besar, namun dalam perjalanannya, kondisinya berangsur-angsur menurun. “Ini disebabkan oleh kesalahan dari dalam partai itu sendiri,” ujarnya.
Penyebab pertama adalah, partai agama tidak dapat bersikap ‘sesuci’ agama itu sendiri. “Mereka tidak dapat membawa partainya sebaik agamanya. Karena politik itu berhubungan dengan kekuasaan, sedangkan agama tidak seperti itu. Akibatnya, partai agama bersikap seperti partai sekuler,” tambahnya.
Pengasuh Pesantren Al-Hikam juga ini mengatakan bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia akan agama telah terpenuhi oleh para agamawan. “Sudah cukup agamawan saja yang mengurus tentang agama, politisi tidak perlu ikut-ikutan. Politisi mengurus kemakmuran masyarakat saja seperti penurunan harga.”
Selain itu, ia berpendapat bahwa kerja antara pendukung dan yang didukung dalam partai politik sama lelahnya, namun pendapatannya tidak sama. "Kalau dalam agama, pendapatan mengikuti pendapat, sedangkan politik pendapatlah yang mengikuti pendapatan." ungkapnya sambil tertawa.