REPUBLIKA.CO.ID,MANILA--Filipina dan kelompok separatis Muslim pada Kamis sepakat untuk memulai lagi pembicaraan perdamaian bulan depan, tanda kemajuan pertama untuk mengakhiri gerilya empat dasa warsa itu sejak Presiden Benigno Aquino berkuasa tahun lalu. Keamanan yang buruk di Filipina tetap berisiko dan Aquino telah mengatakan perdamaian yang aman dan berkelanjutan dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan dan investasi.
Juru runding dari Manila dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) telah bertemu di Kuala Lumpur untuk pembicaraan informal guna menemukan cara untuk memulai lagi pembicaraan perdamaian, yang terhenti sejak Juni lalu meskipun ada janji Aquino untuk meneruskan perdamaian.
Malaysia telah menjadi tuan rumah pembicaraan sejak 2001 untuk mengakhiri konflik yang telah menewaskan 120.000 orang, menelantarkan 2 juta orang serta merintangi pertumbuhan dan investasi di bagian selatan Filipina yang dipercaya mempunyai simpanan kaya mineral, minyak dan gas alam itu.
"Kami telah setuju untuk bertemu lagi pada 8 Februari dan memulai (pembicaraan) masalah-masalah yang lebih substantif," kata Mohagher Iqbal, kepala juru runding gerilyawan, kepada Reuters. "Kami telah mengadakan pertemuan yang produktif hari ini dan kami senang bahwa kami telah menjernihkan banyak masalah."
Seorang anggota panel perdamaian pemerintah, yang tidak ingin dikenali, menyatakan pembicaraan itu telah membuahkan hasil yang positif. Upaya untuk memulai lagi pembicaraan perdamaian telah terhenti karena usaha pemerintah untuk mengganti seorang fasilitator Malaysia, yang dianggap oleh beberapa pejabat sebagai condong pada gerilyawan.
Kedua belah pihak telah membicarakan proses dan cara untuk meningkatkan mekanisme yang ada, seperti panel gencatan senjata, tim pengawasan internasional dan panel anti-kejahatan untuk menghentikan penculikan dan mencegah gerilyawan Islam beroperasi di selatan. Kedua belah pihak menolak berkomentar mengenai masalah mengganti fasilitator itu.
Kali terakhir kedua belah pihak mengadakan pembicaraan adalah pada Juni, sebelum Aquino memegang tampuk pemerintahan. Ketika itu mereka gagal mencapai perjanjian mengenai permintaan gerilyawan untuk mmndirikan sebuah negara di Filipina untuk memungkinkan pemerintahan sendiri Muslim di selatan.
Pada Kamis, sejumlah juru runding pemerintah yang lain telah berangkat ke Norwegia selama lima hari untuk mengadakan pembicaraan informal dengan Front Demokratik Nasional Maois guna mengakhiri empat dasawarsa pemberontakan komunis.