REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Naiknya peringkat Indonesia yang diberikan oleh lembaga pemeringkat international Moody's belum berpengaruh pada pergerakkan mata uang dalam negeri. Kurs Rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta pada awal pekan ini, kurs tengah Bank Indonesia (BI) Senin sore melemah tipis 1 poin ke posisi Rp 9.065.
Pelemahan itu seiring dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sedang berada di area negatif. Pengamat pasar uang David Sumual di Jakarta, Senin mengatakan, naiknya peringkat Indonesia menjadi Ba1 atau setara dengan BB+ dari sebelumnya Ba2 belum memicu mata uang dalam negeri bergerak positif.
"Kekhawatiran pelaku pasar khususnya pelaku asing terhadap besarnya inflasi bulan ini masih menjadi faktor negatif utama," katanya.
Ia menambahkan, ancaman terhadap harga pangan yang naik memicu ekspektasi inflasi pada bulan Januari 2011 menjadi besar kendati tidak sebesar inflasi pada bulan Desember 2010. "Harga pangan termasuk salah satu yang menyumbang atau berkontribusi cukup besar bagi inflasi kita. Harga pangan pokok kalau didetailkan seperti harga beras cukup rawan," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pasar uang sedang dalam masa jenuh beli (oversold) terhadap rupiah, sehingga banyak pelaku pasar kembali membeli dolar AS. "Mata uang dalam negeri itu diprediksi akan kembali positif, namun dengan pola yang terbatas, kalaupun melemah tidak akan signifikan," katanya.