REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Seorang laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat pada Selasa (26/1) mengimbau penggunaan taktik kontra-terorisme untuk melawan bajak laut Somalia, mengingatkan beberapa kelompok telah memperluas wilayah jelajahnya hingga Samudra Hindia serta menahan lebih banyak sandera.
Strategi lebih kuat diperlukan untuk mengatasi bahaya bajak laut yang kian meningkat, dengan meningginya ancaman pelayaran komersial di pesisir India, kata Wakil Laksamana Pusat Komando Angkatan Laut AS Mark Fox. Angka penyanderaan yang ditahan oleh bajak laut Somalia melonjak tajam, dari 350 pada September menjadi 750 bulan ini, katanya.
Laksamana menghimbau perubahan pendekatan yang diperlukan karena cakupan masalah telah melebar. Komentarnya mengusulkan lebih banyak tindakan militer yang umumnya diasosiasikan dengan kampanye anti-teror AS, termasuk serangan pre-emtif dan serangan menggunakan pesawat tanpa awak.
Fox tidak banyak berbicara mengenai pendekatan yang mematikan, meski ia mengatakan jejak uang perompak dan jaringan perbekalan di pesisir pantai perlu dipantau dengan tingkat agresif seperti penyelidikan kontra-teror. Ia mengatakan ada perdebatan antara AS dengan sejumlah mitra mengenai lebih banyak penggelaran pasukan terhadap penumpasan bajak laut, sedangkan pasukan AL Uni Eropa menentang peningkatan tindakan militer.
Fox mengatakan ia memantau kemungkinan kaitan antara bajak laut dan pejuang Shebab yang terinspirasi oleh Al Qaida, tetapi mengakui laporan intelijen sejauh ini tidak membuktikan hubungan secara 'eksplisit'. "Kami sedang memastikan itu untuk saat ini. Memang tidak ada keterkaitan yang jelas tetapi saya benci berharap atau berasumsi kemungkinan itu tidak ada," katanya.
Fox menyinggung akan kemungkinan jejak keuangan antara para bajak laut dengan para pejuang Somalia. "Keduanya ada di Somalia, pasti banyak uangnya," katanya kepada wartawan.
Menurutnya, upaya bersama internasional mencakup sejumlah pasukan AL berhasil membatasi serangan pembajak di Teluk Aden, dengan hanya satu atau dua insiden yang terjadi sejak September. Tetapi bajak laut sekarang menggunakan kapal angkutan tercuri sebagai "kapal induk" yang dapat membuat mereka beroperasi di perairan yang lebih luas, sering kali di luar jangkauan patroli Angkatan Laut AS atau lainnya.
"Hal yang mengubah keadaan dibanding sebelumnya ialah sekarang mereka mengambil kapal besar yang digunakan sebagai kapal induk," kata Fox. "Jadi sekarang, meski ribuan mil dari pesisir Somalia, mereka dapat menempatkan banyak perahu kecil di laut," katanya.
Kekhawatiran industri pelayaran meningkat karena bajak laut terkadang beroperasi dalam 300 mil laut lepas pantai India. "Para bajak laut telah beradaptasi. Mereka telah ke tempat yang belum kami kuasai," kata Fox.