REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, mengatakan pemerintah tidak seharusnya mentolerir kekerasan yang terjadi di Indonesia baru-baru ini. Hal tersebut supaya dampaknya tidak menular.
Dalam pernyataan tertulisnya kepada Antara di Jakarta, Selasa (8/2), Anies menuntut pemerintah agar tidak hanya menonton kekerasan yang menjamur belakangan ini. Kerusuhan terjadi dalam persidangan kasus penistaan agama di Pengadilan Negeri Temanggung pada Selasa ini.
"Negara pegang hak tunggal, negara punya monopoli atas kekerasan. Kita tuntut negara agar pakai monopoli itu untuk menegakkan hukum, bukan untuk menonton kekerasan menjamur," katanya.
Anies mengatakan bahwa negara harus menumpas tuntas segala tunas kekerasan di Indonesia tanpa kompromi dan tanpa memandang agama, ras, ataupun partai politiknya. "Kita berada di ambang ketidakpastian karena negara beberapa kali mendiamkan kekerasan. Kita marah dan kecewa," katanya.
Menurut Anies, situasi ini terjadi karena penegak hukum tidak berdiri tegak melawan kekerasan. Dia menilai harus ada perintah tegas untuk "berantas tanpa syarat" semua kekerasan yang terjadi di negara ini.
"Saya khawatir dengan pembiaran dan penularan yang sedang terjadi di Republik ini," kata Anies.