REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH - Kalangan ulama Aceh menegaskan 'haram' merayakan 'valentine day' (hari kasih sayang) khususnya bagi masyarakat muslim di provinsi itu. "Haram bagi kaum muslimin merayakan 'valentine day' karena Islam mengaktualisasikan hari kasih sayang tidak hanya sekali dalam setahun, tapi setiap detik dan waktu sepanjang kehidupan," kata Tgk Faisal Ali di Banda Aceh, Kamis (10/2).
Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) itu sikap saling kasih sayang itu memang sudah diajarkan dalam agama Islam kepada sesama makhluk. Hal ini penting dipahami tidak bisa diterima logika ketika ajaran harus berkasih sayang yang sudah menyatu dengan orang muslim harus diperingati setahun sekali.
"Karenanya, wajib adanya pencegahan dari aparatur penegak hukum dan pemerintahan. Jangan biarkan benih-benih yang merusak kemurnian Islam tumbuh khususnya di Aceh," katanya menegaskan.
Faisal Ali yang Ketua PWNU Aceh, mengimbau pihak kepolisian dan petugas pengawas Syariat Islam (Wilayatul Hisbah/WH), agar tidak mentolerir kegiatan yang dapat merusak budaya Aceh yang Islami. "Itu penting dilakukan sebagai upaya pencegahan jangan sampai ada warga yang terpaksa bertindak sendiri untuk menertibkan kegiatan menyimpang dari Syariat Islam," ujar dia.
Mayoritas masyarakat Aceh telah berkomitmen untuk menegakkan syariat Islam secara kaffah (menyuluruh) di bumi berjuluk Serambi Mekah ini. "Kalau itu menjadi komitmen kita maka pemerintah, polisi dan seluruh elemen masyarakat harus bersatu mencegah berbagai hal yang merusak budaya Aceh yang Islami," katanya.
Faisal Ali juga mengimbau orang tua di Aceh khususnya untuk mengajarkan kepada anak-anaknya tentang perayaan-perayaan yang dianjurkan dalam Islam, seperti memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulud). Dipihak lain, ia masyarakat luar Aceh yang berada di provinsi itu agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan adat dan budaya serta ajaran Islam yang telah melekat dalam diri mayoritas penduduk daerah ini.